Meskipun sudah setahun di Lombok, menginap di Gili adalah hal yang belum pernah saya lakukan. Mengenaskan ya? Terus ngapaian aja saya setahun di lombok ini? Ya, selama ini saya memang sukanya short trip, berangkat pagi dan pulang petang, tanpa menginap.
Keinginanku itu pun terwujud, untungnya minggu ini ada long week end, libur jumat sabtu minggu. Tak mau menyianyiakan waktu itu, saya pun menjadwalkan untuk ke Gili Air, menginap sekedar semalam, cuma mau merasakan dunia malam di salah satu gili. Kenapa saya milih gili air daripada gili trawangan? yaa cuma nyari ketenangan saja, long week end gini bisa diprediksi gili trawangan akan dipenuhi ribuan manusia. No no no no...
Karena public boat ke gili air adanya cuma pagi dan sore (gak seperti gili trawangan yang ada terus), saya pun melaju lebih pagi dari Mataram. Akan tetapi karena cuaca habis hujan, jalan licin cui, gak berani gaspol. Bisa nyebur ke laut ama motor sekalian nanti.
karena dengan kecepatan nyantai, perjalanan ke Pelabuhan Bangsal pun jadi molor, 1 setengah jam bro.. lamanyaaa. Untungnya masih ada kapal, dan untungnya lagi saya kebetulan bareng ama sekelompok grup wisata, jadi kapalnya langsung penuh dan langsung berangkat. Cuma 8 ribu tiket nyebrangnya.
Tak perlu lama lama, 15 menit saja kita udah sampai di dermaga Gili Air. Masalah berikutnya muncul, saya belum tahu lokasi hotel yang udah di booking, damn!!. Dan parahnya lagi, karena cottages nya baru dibangun, orang2 belum pada tahu. Bahkan petugas di loket informasi pun tak tahu nama cottages yang kusebutkan, parah gak tuh.
Tapi tiba tiba lampu ide menyala, *tink.. Buka bio akun twitternya, woyoo ada nomer telpon nya, langsung deh calling nomernya. Tuut tuut, dua kali dering akhirnya diangkat juga. "Halooo" suara ibu ibu di sana. Waduh, kaget juga , secara yang punya penginapan kan cowok, oh mungkin istrinya. Dan ternyata dugaanku salah, ternyata yang angkat ibunya, dan ibunya itu lagi di Jakarta, woyoo makin aneh lagi.
Berbekal info dari ibu tersebut, saya pun sampai juga di penginapan tersebut. Namanya "Omah Gili". Kompleks Omah Gili berpagar bambu, dan pintu masuknya dari Kayu, bentuk pintu masuk ini mengingatkanku pada bangunan rumah paman ku di Wates, Jogjakarta, mirip bentuknya. Woyooo, ternyata bangunan di sini kombinasi Jawa - Sasak. Setiap kamar berdiri sendiri dalam sebuah lumbung yang bentuknya khas Sasak dengan atap semacam rumbia, ada empat lumbung yang sudah jadi, dan di belakang ada lagi empat kamar yang belum jadi, dengan ukuran yang lebih kecil, yang disebut gladak.
Nah sedangkan bangunan utama yang belum selesai pengerjaannya yang nantinya mugkin jadi lobi dan recepsionist berbentuk joglo, yang sangat khas Jawa. Wah dalam hati saya, ini perpaduan yang unik sekali.
Saya clingak clinguk kesana kemari mencari pemilik Omah Gili, si mas Audita, kok gak kelihatan batang hidungnya. Eh tiba tiba ada yang muncul, perawakannya kecil kurus tinggi kulit putih semacam chinese, dan memang benar adanya, dialah sang pemilik Omah Gili.
Kemalangan menghampiri untuk kesekian kalinya, ternyata saya baru bisa chek in jam 1 siang. Sontak saya liat jam, woyooo baru jam 9 pagi. Lalu saya harus nunggu bengong selama 4 jam? Oh tidak, saya pun menitipkan tas dan memutuskan untuk jalan jalan keliling pulau, Foto foto sembari mencari menu sarapan.
Muter muter nyari menu sarapan, bingung milih yang mana. Menunya aneh aneh semua.. haha kamseupay memang gue nih. Dan akhirnya nemu juga sebuah tempat makan yang nama menunya wajar wajar. Nama nya aja Warung Sasak, woyooo langsung deh saya masuk. Pilih pilih menu dan makaaan. Suasananya asyik, tenang dan damai dengan iringan suara ombak, ya karena lokasinya bener bener di pinggir pantai, di bawah pepohonan yang rindang, jadi sejuk. Ini nih fotonya :
Setelah kenyang dan puas foto foto, saya memutuskan kembali ke penginapan, meskipun jam belum menunjukkan pukul 13.00 . Dan benar adanya, kamar sudah bisa dimasuki, yeeee girang bukan main. Saya pun menempati lumbung nomer 4.
Konstruksi Lumbung ini unik. Dari luar kelihatan atap rumbianya sampai bawah. Dinding dan lantai terbuat dari kayu. Lumbungnya sangat luas, ini sih pasnya disebut Family Room. Di dalamnya ada dua bed kecil, dan 1 ekstra bed di loteng. Udah ada AC, colokan listrik banyak (sangat berguna bagi yang punya banyak gadget). Dan yang paling istimewa , kamar mandinya yang bertipe open bathroom, jadi kita mandi beratapkan langit. Asoooy. Istirahatlah saya sebentar, merebahkan badan yang lelah jalan jalan mencari menu sarapan. Berikut ini foto foto Omah Gili :
1. Salah satu Menu Sarapan
2. Ranjang yang Nyaman
3. Tangga menuju loteng (ekstra bed)
4. Gladak di Bagian Belakang
5. Bentuk Lumbung nya
6. Halaman Omah Gili, Asri dan Segar
7. Open Bathroom Omah Gili
Kegiatan berikutnya yang sudah dijadwalkan adalah snorkling. muter muter lah saya cari lokasi penyewaan alat snorkling. Wah dapet juga, yang jaga kiosnya adalah sepasang kakek nenek, woyoo romantis nian mereka. Murah juga, tanpa tawar menawar saya bisa sewa peralatan snorkling lengkap (kacamata, pelampung dan sepatu katak). Namun saya cuma nyewa kacamata dan pelampung. Malang tak dapat disangkal, baru satu ronde snorkling. Hujan besar plus angin datang menerjang. Ya sudah saya pun menepi, kembali ke kios, mengembalikan peralatan snorkling, dan kembali ke penginapan, mandi dan rebahan.
Haripun berganti sore, dan rintik hujan pun semakin lama semakin menghilang. Saatnya berburu sunset, tanpa buang buang waktu. saya pun meluncur menuju pantai, sewa sepeda dan menuju bagian barat pulau untuk menikmati sunset. Yaa sayang sekali mendung saudara saudara. Sunsetnya gak kelihatan. Untungnya ada sesuatu yang lain yang bisa saya nikmati disini, yaitu menonton ibu ibu sedang membeteti bulu babi. Hmmm membeteti itu kalao bahasa indonesianya membersihkan bagian dalam bulu babi. Woyoo mereka dengan enaknya megang megang bulu babi., tanpa takut tertusuk bulunya. Wah ternyata nantinya isi bagian dalam dari bulu babi tersebut mau dimasak. Hmm kaya apa ya rasanya.
Hari beranjak Malam, perut mulai keroncongan. Dan kedai kedai makan mulai giat menawarkan menu menu dinner andalan mereka. Pilih pilih, akhirnya saya memutuskan untuk menuju sebuah cafe, namanya "Hikmah" , unik ya. Meskipun namanya Indonesia banget, tapi menunya kebanyakan menu ala barat.
Karena saya agak agak kamseupay, bingung dah saya ama menu menu makanan nya. Akhirnya saya pilih satu menu, belum ada pikiran seperti apa menu yang saya pesan. Saya pun nambah satu nasi putih biar kenyang, saat saya pesan nasi putih, saya lihat ekspresi pelayannya yang agak heran, wah pertanda buruk nih, gak perduli udah terlanjur pesen. Tak berapa lama pelayannya datang membawa menu menu yang saya pesan. Wow ternyata menu yang saya pesan tadi roti panjang isi daging dan sayuran -____- . Berarti saya makan malam dengan roti dan nasi. Oh tidak, bener bener buruk
______________________
Hari berganti, dan ini adalah hari terakhir saya di Gili Air untuk liburan kali ini. Pertunjukan Sunrise serta Pelangi menjadi penutup kisah romantis di Gili Air yang super duper romantis. Berikut ini Foto nya :
Foto Sunrise di Gili Air
Foto Pelangi di atas Gili Air
jangan lupa follow twitter kita @lombokkita untuk all about Lombok
LOMBOK itu INDAH
wahhh bgs skli pantainya. Btw, brp budget permalam di penginapannya ?
ReplyDeleteuntuk budget , tanya saja @OmahGili :)
ReplyDelete