Sejarah Taman Mayura
Dalam bahasa Sansekerta, Mayura berarti burung Merak. Taman yang dibangun oleh Anak Agung Ngurah Karangasem pada 1744 ini pada awalnya bernama Taman Kalepug yang berati suara jatuhnya air di telaga. Nah, mengapa berganti menjadi Mayura karena pada kala itu banyak ular di kawasan taman ini. Untuk mengusir ular, didatangkanlah burung Merak dari Palembang untuk memangsanya. Sejak itulah Taman Kalepug berganti nama menjadi Mayura. Kini yang tersisa hanyalah relief-relief burung Merak yang semakin menyakinkan bahwa legenda tentang ular dan burung Merak memang ada.
Taman Mayura merupaka saksi keberadaan kerajaan Singasari dan orang-orang Bali di Lombok pada abad ke-19. Uniknya di taman ini Anda akan menemui betapa sejak dahulu kala semangat perbedaan sudah ada dipelihara oleh raja-raja Singasari dan Mataram. Bale Kambang atau bangunan terapung di tengah kolam Taman Mayura menceritakan hal itu. Dalam Bale Kambang kita akan menjumpai patung-patung yang bercirikan Muslim, Cina, dan Jawa. Patung yang mencirikan Muslim berada di bagian Barat, timur dan utara Bale Kambang bersebelahan dengan bangunan linggih yang kental corak Hindu Balinya. Pada saat itu, Bale Kambang dipakai untuk mengadili suatu perkara pada jaman penjajajahan Belanda.
Nah begitulah sekelumit cerita mengenai sejarah Taman Mayura yang baru aja kemaren saya datangi, padahal saya udah lama tinggal di Mataram dan lokasinya pun gak jauh, ada di arah timur Mataram Mall, sekitar 1 Kilometer, kiri jalan.
Pagi itu (22 Nop 2014), saya dan istri memang lagi pengen jalan jalan, mumpung lagi libur sekaligus ngilangin suntuk, tapi ya gimana lagi, kondisi istri yang lagi gak memungkinkan buat jalan jalan jauh membuat kita pun akhirnya terdampar di Taman Mayura ini.
Untuk masuk, kita harus membayar tiket masuk sebesar lima ribu rupiah per orang, sedangkan untuk parkir motornya gratis :)
Gak banyak sih yang bisa dilakukan di dalem sini, kita berdua cuma duduk duduk aja ngadem, di bawah rimbunnya pohon mangga dan manggis yang lagi berbuah.
Oia ada satu hal yang gak disangka sangka, ternyata kolam luas di dalam taman mayura ini dijadikan sebagai tempat untuk mancing massal, hihihihi, pagi ini banyak banget bapak bapak yang lagi mancing disini, wah tahu gitu tadi saya bawa joran pancing nih di sini. Selain tempat buat mancing, di dalam arean taman mayura ini juga sering buat acara konser dan nikahan lho. Selain itu ada juga wahana bebek bebekan yang bisa digunakan buat mengarungi kolam taman ini, tapi ya gimana ya, banyak yang lagi mancing, hihihi entar bebeknya kepancing lagi, khan repot.
Dibagian belakang komplek Taman Mayura, terdapat Pura Jagatnatha Mayura, pengen sih masuk, sekedar lihat lihat, tapi pintunya tertutup, dan akhirnya kita cuma foto foto di depannya aja.
Di sekitar pura terdapat pohon beringin. Menurut kepercayaan sih pohon beringin bukan hanya mengandung unsur mistis namun juga merupakan pertanda suatu tempat akan makmur, jaya, serta selalu aman sentosa. Filosofi ini persis seperti di Alun-alun Kidul Jogjakarta yang memiliki dua pohon beringin besar dengan sumber kemakmuran bagi masyarakat yang memercayai.
Di sekitar pura terdapat pohon beringin. Menurut kepercayaan sih pohon beringin bukan hanya mengandung unsur mistis namun juga merupakan pertanda suatu tempat akan makmur, jaya, serta selalu aman sentosa. Filosofi ini persis seperti di Alun-alun Kidul Jogjakarta yang memiliki dua pohon beringin besar dengan sumber kemakmuran bagi masyarakat yang memercayai.
jangan lupa follow twitter kita @lombokkita untuk all about Lombok
LOMBOK itu INDAH
Ini bisa mojok buat pacaran yaaaa :-)
ReplyDeleteBisa banget kakak... Paling cuma dilihatin ama tukang mancing...
Delete