Eh tapi, sekonyong konyong dapet kabar gak enak pas malem nya, temenku ngabarin kalau rencana perjalanan ke pantai kolbano DIBATALKAN alias gak jadi, huhuhuhu.
Padahal udah ngasih tahu ke si Bungsu bahwa besok pagi bakal jalan jalan ke pantai, terus udah beli jajan serta kopi kopian buat ngusir ngantuk selama perjalanan. Akhirnya daripada itu semua sia sia, kita pun sepakat untuk tetap berangkat tanpa mereka, haha. Entahlah, pokoknya modal nekat dan tentu saja modal Google Maps.
Pagi ini, kondisi jalan bisa dibilang lancar, kondisi persneling kendaraan lebih sering di gigi 4. Aku berusaha untuk ngebut karena memang jaraknya yang jauh, kulihat di google maps, perkiraan perjalanan dari kupang ke kolbano selama 3 jam 16 menit.
Perjalanan mulai menarik saat jalur yang kita lalui menanjak dan berkelak kelok, bila kita lihat di peta, jalur ini mempunyai nama yang menggelitik, yaitu Jalan Oesao - Bokong, haha aku bilang menggelitik karena dalam bahasa jawa, bokong itu artinya Pantat, sedangkan di sini bokong adalah nama daerah. Nah biar lebih menggelitik, aku sengaja berhenti di depan salah satu sekolah, dan berfoto disni.
Jalur ini mengingatkanku akan jalur ke Pusuk, naik, penuh tikungan dan membelah hutan, cuman bedanya di sini lebih panjang dan jalan nya sedikit lebih lebar. Kendaraan yang sering ditemui disini adalah truk dan angkutan antar kota. Oia, buat kamu yang suka ama air terjun, di hutan ini ada satu air terjun yang bisa dikunjungi, yaitu
Air Terjun Oesusu. Pintu gerbangnya langsung terlihat dari jalur ini. Selain itu ada juga
Taman Wisata Alam Camplong, tapi karena perjalanan masih jauh dan takutnya pulang kesorean, kita enggak mampir di kedua tempat ini.
Titik berikutnya yang menjadi pertanda (ancer ancer) adalah jembatan panjang bernama Jembatan Noelmina yang membentang di atas sungai yang dari atas terlihat jelas berwarna putih susu, yang berwarna putih disini bukan airnya ya melainkan tanah nya. Nah setelah melewati jembatan panjang ini, secara resmi kita sudah memasuki wilayah
Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), yang ditandai dengan sebuah tugu.
Beberapa meter setelah tugu ini ada pertigaan yang pagi ini terlihat ramai, karena setiap angkutan yang lewat pasti akan berhenti di sini, beberapa orang terlihat keluar dan masuk angkutan. Bila kita ambil jalan yang lurus, kita akan sampai ke Soe, sedangkan kalau mau ke Pantai Kolbano, kita harus mengarahkan kendaraan ke kanan.
Sesuai dengan nama daerah nya "Batu Putih" sepanjang jalur ini terlihat putih putih, baik itu tebing maupun tanah di pinggiran sungai. Tapi daerah sekitar sini tetap terlihat subur lho, pepohonan ijo ijo banyak di sini.
Landscape berikutnya yang sering terlihat adalah sawah, beneran deh, banyak sawah di sini ternyata, dan pas lewat sini , kondisi sawah nya sedang ijo ijo nya. Rumah rumah tradisional mulai banyak terlihat, aku bilang tradisional karena terbuat dari kayu dan beratap semacam daun/rumbia. Pohon pohon enau pun juga banyak terlihat, bahkan sampai ke tengah sawah pun ada pohon enau nya, heuheuheu.
Jalan lurus bisa dibilang sebuah bonus dalam perjalanan ini, dan untungnya ada lho, haha. Ada sekitar 3 km lebih panjang nya, nama jalan ini adalah Jalan Amanuban yang masuk daerah Bena. Jalan ini benar benar lurus, dengan kanan kiri sawah yang sangat luas, sejauh mata memandang isinya sawaaaah semua
Di sisa perjalanan menuju Pantai Kolbano, justru malah semakin banyak pemukiman, dengan hewan hewan ternak nya yang dibiarkan bebas mencari makan sendiri, sebut saja ada anjing, kambing, sapi, dan babi. Nah babi ini lho yang bikin serem, bukan karena apa apa ya, dia tuh suka nyebrang jalan sembarangan gitu, heuheuheu, harus hati hati dah. Udah besar, item, tiba tiba lewat, hiiiii ngeri.
Hingga akhirnya setelah 3 jam lebih berlalu, kita sampai juga di pantai kolbano, garis pantai kolbano ini lumayan panjang, tapi ada satu spot utama yang biasa dijadikan tujuan para wisatawan yaitu yang berada di sebelah batu kepala, di sebut batu kepala karena dari sisi tertentu, bentuk batu besar ini mirip kepala manusia.
Pantai kolbano ini letaknya persis di sebelah jalur utama yang kita lewati tadi, pantainya pun kelihatan dari jalan. Tidak ada portal dan tiket untuk bisa masuk ke area ini, tinggal masuk aja dan parkir di tempat yang telah disediakan.
Aku lihat ada beberapa gazebo yang bisa dimanfaatkan wisatawan secara gratis, namun sayang saat sampai sini, semuanya sudah penuh, sehingga kita memanfaatkan ruangan kosong di belakang mobil untuk duduk duduk dan makan siang, yuph kita sampai ke pantai ini memang sudah memasuki jam makan siang, heuheuheu nyetir nonstop 3 jam lebih dengan jalur seperti tadi itu ternyata bikin laper ya.
Suasana makan siang kali ini sungguh luar biasa, ditemani pemandangan pantai kolbano dengan ombaknya yang lembut, batu kepala berukuran besar di arah depan kanan serta perahu nelayan yang parkir asyik di sebelah nya. Oia orang orang di gazebo depan ini juga sedang makan siang rupanya, ada yang lokal juga ada yang bule, mereka sampai sini dengan menyewa taksi konvensional dari kota kupang. Uniknya mereka membawa nasi putih langsung bersama magic jar nya, hahaha bukan ditempatkan di tempat makan/tupperware seperti kita ini. Yaaa mungkin biar tetep anget pas sampai sini.
Baca Juga : Perjalanan Seru ke Fatumnasi, Timor Tengah Selatan
Setelah perut kenyang, aku mengajak si bungsu untuk berjalan mendekat ke arah garis pantai. Oia, satu hal yang membuat aku tertarik dan rela untuk jauh jauh kesini adalah batu nya, yuph, di pantai kolbano ini bisa dibilang tidak ada pasirnya, melainkan berisi batu batu warna warni, ada yang putih, merah, pink, dan coklat. Unik banget deh, baru kali ini aku melihat pantai yang isinya batu batu warna warni kaya gini.
Saat asyik fotoan, tiba tiba datang seorang anak kecil (masih SD) dengan ramah menawarkan jasa foto, tapi anehnya dia tidak membawa kamera, melainkan menggunakan kameraku, Jadi maksudnya dia bisa bantu para wisatawan untuk foto menggunakan kamera apapun yang dibawa. Nah kebetulan kali ini aku cuma membawa kamera hape di tangan, sedangkan kamera beneran nya ada di mobil, males buat ambil itu kamera, akhirnya aku meng iyakan tawaran nya menggunakan kamera hape saja.
Enggak cuma asal jepret lho, dia bisa mengarahkan gaya foto nya lho, banyak pula, bukan cuma 1 atau dua, yang pertama adalah gaya biasa, aku lagi menggendong si bungsu di dekat kapal. Terus dia meminta aku untuk menunjuk menggunakan jari telunjuk ke arah yang dia inginkan, dia pun menyesuaikan arah angle foto sehingga jari ku ini pas di mulut batu kepala. Gaya yang lain adalah, aku diminta untuk memegang batu, dan mengarahkan ke arah yang sama seperti saat pake jari telunjuk tadi, hasilnya, aku seperti sedang menyuap batu ke mulut batu raksasa, haha.
Tidak sampai berhenti di situ, gaya berikutnya aku disuruh lompat, aku disuruh bergaya melempar batu batu kecil, bergaya di perahu, dan yang paling epic, dia menggunakan fitur panorama di kamera, jadi hasilnya dalam satu frame panjang, ada dua wujud diriku.
Setelah puas foto foto, akupun bertanya ke dia tentang berapa yang harus aku bayar, eh ternyata dia bilang terserah aku aja, seikhlasnya gitu. Terus kutanya mau buat apa uang nya, dia jawab untuk beli buku, yasudah akhirnya kuberi uang 20 ribu rupiah (aku rasa sih cukup lah ya), setelah kuberi, kutanya lagi, apakah kurang uangnya, eh dia jawab enggak. Haha, gak lupa aku bilang terima kasih ke dia, lalu dia pergi ke arah teman teman nya berkumpul, yang pastinya sih teman teman nya itu juga sama sama menawarkan jasa foto ke wisatawan.
Bisa dibilang, kita tidak lama di pantai ini, karena kondisi si bungsu yang lagi badmood, dikarenakan muntah/mabok darat saat di perjalanan tadi, yaaa maklum lah, lha jalannya belok belok naik turun gitu. Jadi enggak semangat main di pantai dia, padahal kondisi pantai sedang agak mendung lho, enggak terik banget.
Yah, daripada dia makin rewel dan nangis, kita pun segera berkemas dan beranjak dari pantai kolbano ini, nah saat akan keluar dari area pantai ini, ada satu lelaki yang mendekat dan meminta biaya parkir sebesar 10 ribu rupiah, heuheuheu kirain tadi gratis, eh ternyata bayar toh, ya gak papa sih, aku bayar dengan ikhlas, meskipun gak ada tiket kertas nya, itung itung bagi bagi rejeki lah
.