Dua hari sebelum mulai puasa ramadhan 2019 (1440 H) aku ngajakin orang rumah buat jalan jalan , kali ini sengaja aku pilih destinasi yang agak jauh, yaaa itung itung jalan jalan terakhir sebelum sebulan kedepan kita bakal fokus ibadah.
Lokasi yang aku incer adalah sisi selatan Pulau Timor yang langsung menghadap Laut Timor yang tentu saja ombaknya besar. Sebelumnya sih aku udah observasi dan berburu informasi melalui beberapa blog, instagram dan google maps. Info awal yang aku dapat sih, jalan menuju kesana dalam kondisi yang kurang baik, padahal di sisi selatan pulau timor terdapat jalan yang super mulus yang saat ini kondisinya terbengkalai, karena terhenti pembangunannya. Jalan yang mulus ini sebenernya adalah jalur Trans Selatan Pulau Timor yang kalau jadi tersambung semua, seru nih bisa tembus dari Bolok - Tablolong - hingga ke timur sampai ke Pantai Oetune dan Kolbano.
Tapi sayang sekali info awal yang kudapat ternyata kurang lengkap, haha dan aku terlalu percaya diri untuk menjelajah pantai selatan Pulau Timor menggunakan mobil, heuheu. Sehingga berakhir dengan cerita seru, horror dan menegangkan.
Rute Kota Kupang - Danau Nefokau
.
DANAU NEFOKAU/NEFOKOUK
Kisah seru ini berawal dari tujuan pertama yang mau kita datangin sebelum ke Pantai Selatan, yaitu Danau Nefokau yang terletak di Desa Apren, Amarasi, Kab Kupang sekitar 1 setengah jam dari Kota Kupang melewati Jalan Timor Raya - Pasar Oesao belok kanan menuju Ponain - Tesbatan - Oenoni lalu Apren. Kondisi jalan menuju Apren ini ada yang mulus dan ada yang rusak tapi masih woke lah dilewati kendaraan roda 4.
Cuaca yang cerah ceria tiba tiba berubah menjadi hujan saat kita hampir tiba di Lapangan Umum Apren yang kalau dilihat di peta, berada lumayan dekat dengan Danau Nefokau. Karena kondisi hujan yang semakin deras, aku menjadi enggak semangat untuk explore Danau ini, apalagi ada bayi, enggak mungkin donk basah basahan. Ya sudah akhirnya kita skip dah tujuan danau ini, padahal tinggal sedikit lagi lho.
|
Photo by http://www.expontt.com |
MENUJU PANTAI RETRAEN
Kuberhentikan kendaraan sebentar, membuka aplikasi google maps di hape untuk minta bantuan dibuatin jalur menuju Pantai Retraen yang dalam rencanaku, pantai itu adalah titik terbarat, yang nantinya kita akan ke arah timur menyusuri jalur selatan Trans Timor.
Oleh google maps dibuatin 2 jalur, yang pertama dapat ditempuh dalam waktu 1 jam 9 menit, sedangkan yang kedua lebih lama yaitu 1 jam 22 menit. Nah tentu saja aku ambil yang lebih pendek donk ya, nah bodohnya aku, aku tuh enggak memperhatikan kalau jalur ini tuh melewati dan membelah hutan. Sesusai keluar dari permukiman penduduk Apren, jalur berubah menjadi tanah berbatu, yang becek dan licin, kanan kiri pepohonan dan ilalang, naik turun, bahkan ada 1 titik yang jalan nya menurun berbatu dan pas menikung, beuuuh ngeri.
2 Rute Danau Nefokau - Pantai Retraen
.
Di jalur ini cuma beberapa kali melewati rumah, dimana di rumah terakhir yang kita lewati, di situ orang orang yang berada di rumah itu ngelihatin kita donk, haha. Pasti dalam pikiran mereka, ini siapa ya hujan hujan naik mobil menuju hutan.
Hingga akhirnya kita sampai di sebuah jalan sempit, full tanah, sedikit menanjak, becek dan sekitar 100 meter di depan terlihat mobil pick up bermuatan pisang sedang berusaha keras untuk naik. Mobil tersebut ternyata terjebak di tanah becek, enggak bisa naik karena ban selip enggak mencengkeram tanah. Aku pun menghentikan kendaraan, posisi gigi netral dan aktifkan rem tangan.
Awalnya sih kita masih tenang tenang aja, tapi lama lama aku berpikir, mobil itu gak bisa lewat, sedangkan kita disini nungguin mobil itu keluar dari jebakan tanah becek, padahal ini jalan enggak terlalu nanjak, enggak tahu khan di depan sana nanti bisa jadi lebih nanjak dan bisa berbahaya. Mau bantu dorong, tapi masih hujan gini, sumpah waktu itu aku bimbang banget, tapi aku tetep menunjukkan ekspresi tenang ke seluruh penumpang, biar mereka gak ikutan bimbang juga. Haha
Aku pun memutuskan untuk keluar dari mobil, jalan ke arah belakang, melihat dan mencari titik untuk putar balik, semoga sih ada ya, dan Alhamdulilah nya ada sedikit tanah terbuka di sisi kanan jalan yang bisa dipakai untuk putar balik.
Melihat kondisi tanah terbuka yang kemungkinan bisa dipakai untuk putar balik, aku pun membulatkan tekat untuk balik arah saja di spot tadi dan mengikuti jalur kedua yang dibuatin google maps.
Kumundurkanlah mobil ini, sekitar 10 meter kebelakang, lalu saat sampai di area tanah terbuka aku arahkan pantat mobil ke kanan memasuki tanah tersebut hingga mentok sebelum menabrak pohon kecil, lalu putaran setir kubales puter kiri penuh, dan maju, eh ternyata enggak cukup luas untuk bisa sekali memutar di sini, dan celakanya kedua ban depan terjebak di sisi kiri jalan , enggak bisa maju karena tertahan tanah yang tinggi dan enggak bisa mundur karena ban selip, beberapa kali kucoba tetap gak bisa. Aku pun istirahat bentar, enggak kupaksakan gas pol karena bisa merusak ban dan membuat ban makin tipis.
Lalu aku keluar mobil, sejenak melihat mobil yang dalam kondisi melintang jalan terjebak tanah becek, heuheuheu. Pada saati itu pun, masih terlhat mobil pick up di atas sana sedang berjuang juga keluar dari jebakan tanah becek. Aku mengambil beberapa batuan kecil dan meletakkan di belakang ban belakang mobil, tujuannya sih biar ban mendapat traksi, setelah yakin cukup, aku pun balik masuk mobil dalam kondisi basah, sandal kotor penuh lumpur dan tangan pun juga kotor karena tadi ngambilin bebatuan.
Kucoba lagi gas tipis tipis mobil sambil putar putar setir kanan kiri, hingga akhirnya ban depan bisa sedikit naik ke sisi kiri jalan yang memang kondisinya lebih tinggi, ku gas gas lagi dan alhamdulilah ban belakang mendapat traksi penuh, ban depan keduanya bisa naik, kumundurkan lagi, dan akhirnya mobil bisa berputar arah dengan sempurna. Lega banget rasanyaaaa, haha. Kepanikan seketika hilang.
Beberapa puluh meter mobil berjalan, kita sampai di sebuah pertigaan, kalau ke kiri itu ke arah awal kita datang tadi dan kalau ke kanan entah kemana, awalnya sih mau coba jalur yang kanan, tapi untuknya waktu itu ada seorang bapak bapak yang lewat menggunakan motor ke arah atas, aku pun membuka jendela mobil dan bertanya jalur untuk kembali ke kampung terdekat. Dia pun menyarankan untuk ambil jalur awal tadi yaitu yang kekiri, kalau ke kanan itu jalur ke kebun, sedangkan kalau jalur menanjak yang tadinya mau kita lewati itu adalah jalur ke hutan yang nantinya bakal makin menanjak dan menanjak terus, yang jelas bakal mustahil dilewati mobil dalam kondisi hujan gini, apalagi ini cuma mobil keluarga bukan mobil offroad.
Kita pun mengikuti saran dari bapak tadi untuk kembali ke desa apren melewati jalur yang tadi kita lewati, alhamdulilah dengan niat dan nekat kita bisa melewati tikungan menanjak penuh batu yang tadi kita lewati saat menurun.
Saat sudah memasuki Desa Apren, kita udah bisa haha hihi lagi, nyanyi nyanyi dalam mobil sambil ngikutin jalur yang dibuatin oleh google maps menuju Pantai Retraen.
Dari Apren ini, kita diarahkan kembali ke Tesbatan - Ponain - lalu ke Kampung KB Desa Nekmese - Pasar Nekmese - Buraen - melewati Satuan Radar 226 Istana Penjaga Langit - lalu masuk ke desa Retraen. Ini adalah desa terakhir sebelum akhirnya petualangan nekat menantang maut dimulai.
Aku sebut jalur ini jalur maut karena setelah keluar dari desa retraen, dan sudah tidak ada rumah lagi, jalurnya menanjak menaiki bukit dalam kondisi jalan tanah putih (alhamdulilahnya cuaca cerah dan tanah kering), jalan ini sepertinya dulu memang jalur mobil karena sebenernya luas tapi menjadi sempit karena dedaunan dan rerumputan dari kanan kiri jalan yang mulai menutup jalan. Istriku sempat menanyakan kepadaku, " Bener nih jalurnya?" Aku sih menjawab yakin "iyaaa"
Setelah sampai titik tertinggi, jalan kembali menurun, kondisinya lebih parah, tanah berbatu yang banyak retakan, aku berusaha keras mengendalikan laju mobil yang sedikit enggak terkendali karena ban enggak mendapat traksi, kalau ku rem penuh, mobil malah bisa meluncur bebas, solusinya adalah rem - lepas - rem lepas , hingga akhirnya kita bertemu seorang ibu ibu tua yang mau meuju ke kebunnya. Aku pun bertanya kepada ibu itu
Aku : "Maaf bu, mau tanya, ini kalau lurus terus kemana ya"?
Ibu : "Ke Laut"
Aku : "Masih Jauh Bu?"
Ibu : "Eee masih jauh"
Aku : "Tapi bisa kan ya bu dilewati mobil?" (tanyaku penuh harap)
Ibu : "Bisa sih, pernah oto lewat sini" (Oto artinya mobil) , "eh tapi serem, kita naik motor aja takut lewat situ"
Aku : ~Panik~ , tapi gak mungkin puter balik, mobil gak bakalan bisa naik lagi lewat jalur tadi
"Tapi bisa bu ya lewat sini?"
Ibu : "Ya bisa sih, pelan pelan"
Aku : "Ada jalan lain gak bu buat ke pantai?"
Ibu : "ada sih, di timur sana lewat Teres"
Aku : "Oke bu, Terima Kasih"
Ibu : "Iya, hati hati"
Dan aku pun melanjutkan perjalanan dengan penuh rasa khawatir, panik dan takut.
Benar saja donk, jalur ke bawah ini bener bener menyeramkan. Harus bener bener konsentrasi agar ban mobil gak teperosok ke lobang, meleset dikit, selesai sudah... Game Over... Apalagi disini udah gak ada orang lewat lagi. Sepertinya sih orang orang yang dalam mobil ini udah baca puluhan doa, haha, entah doa apa aja. Saking panik dan kacaunya pikiran orang orang di dalam mobil sampe gak terbersit pikiran untuk mem-foto atau memvideokan kejadian seru ini, waduhhh padahal seru pasti nih hasilnya.
Setelah perjuangan berat yang menguras adrenalin, pikiran, jiwa dan hati alhamdulilah kita sampai juga di Jalur Trans Selatan Pulau Timor. Huaaaaaaaaa Pantaaaai.... Pantai Retraen namanya
Sumpah lega banget.....
Aku arahkan kendaraan ke arah kanan, jalanan menanjak tapi super mulus, beneran mulus dan lebar deh jalur trans timor ini, coba aja udah jadi ya, ueeenak pasti, bisa ke pantai ini dengan lancar.
Di ujung tanjakan, aspal habis dan berganti jalan tanah, padahal di balik tanjakan ini ada pantai juga lho, namanya Pantai Batu Tujuh. Ya sudah kita pun puter balik, lalu turun sejenak untuk ambil foto, karena dari tadi kita gak sempet ambil foto.
|
hasil dari membelah semak belukar |
Kita pun meneruskan perjalanan ke arah timur menyusuri jalur mulus ini dengan melewati Tanjung Henu. FYI meskipun jalur ini mulus, tapi bisa dipastikan udah lama gak dilewatin kendaraan nih, alasan pertama di beberapa titik semak belukar menutupi sebagian jalan hingga cuma menyisakan sedikit celah. Alasan kedua, di sepanjang jalan ini banyak terdapat kotoran sapi dan kambing dengan bentuk yang sempurna, saking banyak dan meratanya seorang yang ahli berkendara pun aku yakin gak bakal bisa menghindar untuk tidak menginjak tai tai ini.
Perut yang udah sangat lapar, akhirnya enggak bisa diajak kompromi lagi, aku pun segera mencari spot yang bebas dari pemandangan kotoran kambing dan sapi, biar kita bisa makan siang dengan tenang, yaaa meskipun kita makannya dari dalam mobil tapi kalau sambil melihat ceceran kotoran khan jadi kurang enak makan nya. Untung ya kita udah bawa makanan dari rumah , heuheuheu
Kalau boleh jujur, sebenarnya pikiranku belum tenang tenang banget lho, aku tuh masih kepikiran gimana caranya keluar dari sini, aku takut enggak bisa menemukan jalur balik yang setidaknya lebih manusiawi dari jalur yang tadi. Sambil makan sambil mikir dan searching searching di google maps, dan untungnya lagi tadi pas di rumah tuh udah download peta offline nya, jadi meskipun di sini sinyal ilang ilang, bisa akses google maps dengan lancar.
Dari google maps terlihat jalur trans timor ini di depan terputus putus aspalnya, huaa semoga bisa melewatinya yaaaa. Dan benar aja, ada sungai donk di depan, masih lengkap dengan aliran air. Mobil kuhentikan, dan kuberjalan menuju sungai itu untuk cek kedalaman air, Alhamdulilah enggak dalam air nya. Langsung dah kuterobos.... Setidaknya 2 kali kita menyeberang sungai di jalur ini.
Perjalanan pun kita lanjutkan, masih ke arah timur, hingga akhirnya kita menemukan sebuah pertigaan besar dimana kalau kita belok kiri kita akan keluar dari jalur trans timor dan mengarah ke perbukitan yang masih segaris dengan perbukitan yang kita takhlukkan tadi.
Jalur ini masih berupa tanah yang becek berair dikarenakan hujan yang mengguyur tadi. Aku yakin untuk keluar dari jalur trans timor dan mengambil jalur ini karena ada jejak ban mobil yang masih benar benar baru, wohooo perasaan agak sedikit lega donk. Dan semakin yakin saat bertanya ke salah satu warga setempat yang saat itu gak sengaja kutemui di jalan tanah ini. Beliau mengatakan bahwa jalan inilah jalan yang paling bagus, paling bener untuk dilewati kalau mau kembali ke Kupang. Yuhuuu gass kita.
Baru beberapa ratus meter berjalan, ketemulah kita dengan sungai lagi, sungai yang ini lebih besar dan lebih deras air nya, tapi sekali lagi, alhamdulilah nya dangkal, sehingga kita bisa melewati dengan mudah. beberapa tanjakan pun bisa kita hajar dengan mudah dengan sedikit niat dan kenekatan, haha.
Dan untuk kesekian kali kita bertemu dengan sungai lagi donk, kali ini bedanya, di sungai ini rame ama orang orang yang lagi membersihkan tubuh dan motornya. Kuhentikan mobil, kusapa mereka dan bertanya tanya. Info yang kudapat dari mereka lumayan lengkap nih, pertama, mereka adalah orang kupang yang sengaja naik motor lewat sini untuk ke pantai nya, kedua, mereka berhenti di sini untuk bersih bersih setelah melibas jalanan menurun yang berupa tanah becek, dan salah satu diantara mereka jatuh pas naik motor, sehingga motornya kotor dan dicuci di sungai ini. Ketiga, jalur di depan yang bakal kita lalui adalah jalan yang menanjak terus, berupa tanah dan batu, licin karena hujan dan mereka udah menjadi korban dari licinnya jalan itu. Terakhir, mereka meyakinkan kita bahwa kita pasti bisa melewati jalur ini
Wokee, setelah mengucapkan terima kasih, aku pun langsung tancap gas, menyeberangi sungai dan dengan keyakinan penuh gass poll buat nanjak terus. Alhamdulilahnya jalanan nanjak ini enggak full tanah, masih ada batu batunya, jadi ban mobil masih bisa nge gigit.
Tanjakan demi tanjakan tak kunjung habis, mobil ngepot sana sini, tapi alhamdulilah masih di jalur. Hinga akhirnya ketemu jalan yang datar, disitu ada bapak bapak yang terlihat baru saja menebang pohon, aku hentikan mobil, untuk sedikit bertanya ke bapak itu, sembari istirahat. Dari bapak itu, aku mendapat informasi bahwa jalanan di depan kita ini masih tetap menanjak tapi tinggal sedikit lagi. Beliau bilang ikuti aja jalan ini sampai ketemu tugu, nah disitu jalan sudah mulus aspal hotmix, lalu ambil jalur ke kiri.
Heuheuheu, lega donk kita udah mau sampai ke jalan aspal. Dan benar saja, tanjakan tanjakan terakhir ini enggak kejam seperti tanjakan sebelum nya. Dan jalan aspal super mulus pun terlihat, nah disitu kucari cari mana ya wujud tugunya, yang ada hanya bangunan di kanan kiri jalan semacam gapura tanpa atap gitu. Oh ternyata yang dimaksud tugu oleh bapak itu adalah ini toh. Saat kubuka google maps dan melihat rute menuju ke Kota Kupang sih, kita diarahkan kanan, sedangkan bapak tadi menyarankan kita ke kiri. Yaaa daripada pusing pusing, aku langsung aja ambil jalur yang ke kanan, sesuai arahan google maps, semoga aja sih enggak dijerumuskan lagi seperti tadi pas kita berangkat, haha.
Alhamdulilah jalur yang ditunjukkan google maps kali ini bener, aspal terus, meskipun di beberapa titik masih ada sedikit kerusakan.
Saat sampai di suatu tempat, yang kita enggak tahu nama tempatnya, aku menghentikan kendaraan buat foto foto, haha, mumpung lokasi lagi bagus, pemandangan cantik, perasaan udah lega dan yang pasti tadi kita belum sempet foto foto.
Setelah puas foto foto, kita pun melanjutkan perjalanan menuju Kota Kupang. Kondisi sudah gelap saat sebelum kita sampai di jalur utama Jalan Timor Raya. Dan alhamdulilah bisa sampai rumah dengan sehat walafiat, yaaa cuma mobil aja yang belepotan, haha.