Seperti sudah jadi rutinitas, tiap hari Sabtu/Minggu, sekali seminggu kita pasti mengunjungi pantai di sekitar Kupang, kadang sukses dan berakhir bahagia, kadang zonk, haha karena kondisi pantai yang enggak sesuai dengan ekspektasi kita.
Nah di pertengahan Bulan Juli 2019 ini, kita mengunjungi salah satu pantai di selatan Pulau Timor, namanya Pantai Alamanda yang sebelumnya bernama Pantai Batulesa. Lokasi pantai ini berada di Desa Sumlili, Kupang Barat, Kabupaten Kupang.
AKSES dan RUTE JALAN
Untuk menuju ke pantai alamanda ini sebenernya gampang, dan dijamin enggak bakal kesasar jika menggunakan Google Maps, namun dalam postingan ini aku akan menjelaskan bagaimana kondisi jalan nya
Nah bila kalian pernah ke Pantai Tablolong, jalan menuju Pantai Alamanda ini intinya hampir sama, cuman di pertigaan besar yang ada Toko Kelontong Maranata , kita arahkan kendaraan lurus saja, karena kalau ke kanan kita akan sampai ke Tablolong.
Peta Lokasi Pantai Alamanda
Kondisi jalan dari Kupang sampai ke pertigaan besar ini bisa dibilang lumayan oke lah, masih manusiawi meski ada lubang di beberapa titik. Kios kios kelontong, dan penjual bensin eceran juga masih banyak. Namun setelah melewati pertigaan ini kondisi jalan berubah drastis. Saat kita melihat kondisi jalan di Google Street View (citra foto google diambil tahun 2016) sih masih bagus, masih keliatan wujud aspalnya, lha ternyata pas kita lewati (Juli 2019) ancur parah. Dari total 6 Km, hanya 100 meter di awal dan 1 km di akhir aja yang jalannya masih oke. Sisanya? bekas aspal yang sudah lepas aspal aspalnya, menyisakan dasar bebatuan yang siap memangsa siapa saja yang jatuh saat melewati jalur ini, ditambah kondisi jalan yang menurun, heuheuheu, pokoknya jangan lewat pas lagi musim hujan dah.
Oia ada yang unik disini, 1 km jalan bagus yang aku sebutkan di atas itu adalah jalur yang rencana awalnya adalah Jalur Trans Selatan Pulau Timor lho. Ini adalah titik paling barat yang sudah selesai dibangun, yang seandainya bila benar benar terwujud, jalur ini akan melewati daerah baun, amarasi, lalu bisa saja sampai tembus ke Oetune dan Kolbano. Nah kalau kalian sudah pernah membaca cerita nyasarku di Amarasi, disana juga sudah dibangun potongan puzzle jalan Trans Selatan Pulau Timor yang terpotong potong oleh jalur sungai. Sangat disayangkan sih sebenernya, sedih akutuh :(
Jalan Lebar dan Mulus sebelum Pantai Alamanda |
Agak setengah hati juga sih pas aku sudah melewati beberapa ratus meter di jalan rusak tadi, mau balik lagi ke kota kupang tapi kok eman eman, mau lanjut tapi kok jalannya enggak nyaman dilewati gini ya. Namun aku enggak menunjukkan sikap klo lagi gak mood gini, takutnya nanti semua yang ada di mobil jadi ikut ikutan gak mood, haha. Tetep aku tunjukkan muka muka bahagia sambil nyanyi nyanyi lagu ngikutin lagu yang kuputer di HU pake Bluetooth HP.
Di sepanjang perjalanan dari pertigaan besar tadi sampai habis jalan rusaknya, kita sama sekali enggak papasan dengan mobil lain lho, cuma beberapa kali aja disalip ama motor. Hal ini membuatku jadi berpikiran kalao di pantai sana tuh bakal sepi dari pengunjung, bisa santai, masak masak dan makan makan dengan nyaman. Karena kita niatnya memang mau masak masak di pantai, udah bawa kompor, wajan, dan bahan makanan untuk dimasak.
Kaget bukan main saat hampir sampai ke Pantai Alamanda, dari kejauhan sudah terlihat bahwa di Pantai Alamanda sudah banyak banget mobil parkir dengan puluhan manusia berbaju merah merah, di bawah tenda. Oalah ternyata lagi ada acara outbond toh. Buset dah ah siapa yang punya ide buat bikin acara outbond di sini nih, heuheuheu.
Kirain sepi gitu, lha malah super duper rame....
Ya sudah karena sudah terlanjur sampai sini, kita pun tetap masuk ke area pantai alamanda dengan melewati pintu gerbangnya, dan membayar tiket masuk sebesar 10rb untuk mobil, kalau untuk motor 5rb saja. Jarang jarang nih di kupang harus bayar buat menikmati pantai, Haha, tapi ya gpp, toh ada tiket resminya (lupa foto tketnya) , uangnya bisa buat pembangunan di sekitar sini.
Oia, Bulan Juli ini angin di kupang dan sekitarnya lagi besar nih, bukan cuma di pantainya, tapi di tengah kota pun kena dampaknya. Tak terkecuali dengan Pantai Alamanda ini, anginnya lagi besar banget.
Ada sisi positif dan sisi negatif dari angin besar ini.
Sisi negatifnya adalah, angin besar ini menerbangkan pasir pasir halus plus debu kemana mana, ribet mau fotoan, takut kelilipan. Bahkan sesaat setelah keluar mobil dan fotoan lalu masuk mobil lagi, muka kita udah penuh debu, kelihatan dari tisu basah yang kita usap ke muka, langsung coklat, haha.
Tapi ada sisi positifnya lho, angin besar yang menerbangkan pasir ini membentuk gundukan gundukan pasir dengan alur alurnya yang alami, dari sudut tertentu bisa menghasilkan foto yang cantik lho, semacam Gumuk Pasir di Pantai Oetune gitu dah. Tapi ada sedikit hal yang mengganggu, yaitu huruf huruf besar bertuliskan Pantai Alamanda itu lho, bikin foto ala ala gumuk pasir jadi kurang alami, heuheuheu.
Cuma sebentar kita fotoan di sekitar tulisan besar Pantai Alamanda ini, udah gak tahan ama angin berpasir plus debu nya, lagian juga gak enak ninggalin anak lama lama di dalam mobil.
Lalu kita lanjutkan ke arah dalam lagi, melewati kerumunan orang orang yang outbond dan ternyata udah selesai acaranya, tinggal nyanyi nyanyi dan joget aja.
Di dekat tenda para peserta outbond ada 1 spot batuan yang di atasnya ada 3 Salib. Yang ternyata setelah kucari info dari beberapa sumber, spot tersebut adalah Tugu Salib yang dibangun mulai Bulan Mei tahun 2016 secara swadaya oleh masyarakat dengan dibantu Sumbangan dari Yayasan Gerakan Peduli Sosial (YGPS) NTT.
Tugu Salib ini diresmikan oleh Ketua DPD Partai Gerinda NTT (pada masa itu) Esthon Foenay pada Hari Sabtu tanggal 16 Juli 2016.
Tugu yang dibangun persis di atas batu karang ini, menurut Esthon, bisa menambah satu lagi obyek wisata di Kecamatan Kupang Barat yang selama ini terkenal dengan wisata bahari. Kedepannya, diharapkan tugu salib ini dapat dijadikan sebagai lokasi wisata religi.
Di beberapa titik di Pantai Alamanda ini juga sudah dibangun Lopo Lopo / Gazebo untuk istirahat para pengunjung, yang sepertinya sih enggak gratis ya, dari kejauhan seperti terlihat ada tulisan tarif nya (kalau gak salah liat ya) seperti lopo yang terdapat di Pantai Tablolong yang juga berbayar.
Kita enggak mampir ke Lopo itu, tapi melanjutkan ke bagian dalam lagi, sekilas terlihat juga beberap toilet umum yang bisa dimanfaatkan pengunjung. Nah di bagian ujung pantai ini terdapat pepohonan rimbun, rencananya sih mau stop di sini dan bikin perapian untuk masak di sini, tapi ternyata pas aku coba keluar, kondisi enggak memungkinkan, angin masih terasa agak mengganggu dan banyak lalat di sekitar sini. Ya sudah akhirnya diputuskan gak jadi masak masak, heuheuheuheu, kita lanjut balik ke Kota Kupang lagi, dengan melewati Jalan Rusak lagi :)
Photo by Google Maps |