10 September 2019

Trip ke Fatumnasi (Part 2)

Titik Keenam : Kebun Ubi Keladi
Waktu sudah menunjukkan pukul 15.45 WITA, kita pun segera cabut dari Wisata Batu Marmer Tunua, dan melanjutkan perjalanan ke spot berikutnya yaitu Fatu Nausus

Sebelum sampai ke titik tujuan itu, kita melihat di kanan jalan ada kebun talas (Ubi Keladi), dan aku pun jadi ingat postingan di Instagram yang pernah kulihat sebelum melakukan trip ini, dengan hashtag #Fatumnasi kulihat banyak orang yang posting foto dengan background kebun talas, wohooo ternyata disini toh. Kita pun mampir sebentar kesini



Awalnya kita bingung, masuk kebunnya lewat mana, karena sekelilingnya dipagar kayu dan enggak ada pintu masuknya. Hingga akhirnya kulihat ada kayu kayu yang disusun membentuk tangga, oalah ternyata untuk masuknya tuh harus naik tangga ini toh.

Di dalam kebun nya sudah ada 1 orang ibu ibu (mama) yang menjaga kebun talas ini. Aku pun minta ijin masuk untuk foto foto , dan beliau pun mengijinkan. 

Titik Ketujuh : Wisata Alam Nausus (Fatu Nausus)
Spot berikutnya yang kita tuju adalah bekas pertambangan batu marmer lagi, namun beda lokasi dengan yang di Tunua. Dari jalan utama Fatumnasi, kita harus masuk di percabangan menuju Nausus, enggak ada petunjuk arah disni, cuman ada beberapa penjual jeruk soe di pertigaan ini, kalau kalian bingung bisa tanya mereka, tapi karena aku sudah percaya ama google maps, jadi langsung gass aja.

Jalur masuk dari pertigaan ini sudah aspal mulus, mulus banget, kelihatannya sih bukan aspal baru, namun masih bagus. Pemandangan indah di kanan kiri jalan bikin hati adem dan capek ilang.

Setelah menempuh jalan mulus sekitar 2 km. tibalah kita di sebuah pertigaan lagi, dimana di sebelah kanan terdapat danau dan di sebelah kiri terdapt jalan tanah yang mengarah ke Nausus , kita pun keluar aspal dan mengikuti jalan tanah itu.

Enggak jauh kok jalan tanah yang harus kita lalui ini, cuma 1 km saja sampai parkiran. Namun di pertengahan jalan, ada 1 titik yang agak sulit dilalui yaitu sungai kecil, dimana kita harus melewati jalan tanah turunan, sampai di dasar sungai, lalu langsung menanjak lagi, nah untungnya hari ini sungainya enggak mengalir, cuma menyisakan tanah basah aja, jadi ban mobil cuma selip sedikit pas di tanjakan.


Pukul 16.12 kita sampai di pintu Gerbang Wisata Alam Nausus, dengan kondisi yang masih tertutup, tanpa penjaga, namun ada 1 orang yang naik motor yang  sepertinya ragu juga untuk masuk karena gerbang masih tertutup.

Tiba tiba ada 2 motor dari arah dalam yang mau keluar, dan pintu gerbang dari kayu ini pun dibuka, aku kemudian bertanya kepada mereka, apakah mobil bisa masuk, dan kata mereka bisa masuk, karena tadi ada beberapa mobil juga yang masuk sini, dan memang dari tadi enggak ada penjaganya, padahal di deket gerbang ada pos penjagaan. 




Di sekitar parkiran sudah ada beberapa bangunan, ada semacam bekas warung, ada beberapa rumah tradisional, ada toilet, dan ada 1 bangunan panjang, entah bangunan apa ini, enggak ada orang yang bisa untuk dimintain informasi.

Dari parkiran ini kita harus berjalan kaki sejauh 300 meter untuk sampai ke lokasi penambangan batu marmer.

Sungguh pemandangan yagn luar biasa, antara kagum dan miris sih, heuheuheu. kagum karena gagahnya bukit marmer yang ada di depanku ini, tapi miris karena sudah sebagian dipotong menggunakan mesin, tersisa separo doank. Hmmm tapi misal masih utuh dan belum dipotong, mungkin ini enggak jadi tempat wisata ya, heuheuheu.



Berhubung hari udah mulai gelap, sekitar pukul 16.50 WITA , kita pun cabut dari Nausus ini, nah pas di parkiran kita ketemu 1 orang bapak tua yang ternyata penjaga objek wisata ini. Dari beliau aku mendapat info kalau pertambangan ini udah berhenti sejak tahun 2000 karena ditolak warga, oia perusahaan pertambangan itu dimiliki oleh orang Thailand. 

Lokasi ini sekarang dimanfaatkan untuk merayakan Festival Ningkam Haumeni, yaitu sebuah festival yang digagas atas inisiasi masyarakat adat Tiga Batu Tungku (Amanatun, Amanuban dan Mollo), Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Provinsi NTT (Nusa Tenggara Timur). Festival ini muncul dalam sebuah gerakan masyarakat adat Tiga Batu Tungku yang ingin meninggalkan pilihan ekonomi yang merusak alam, seperti kegiatan tambang, HPH (Hutan Tanaman Industri), yang mengakibatkan penderitaan panjang bagi hidup dan kehidupan mereka.

Karena bagi mereka, terutama masyarakat Mollo, alam adalah titipan tuhan yang harus dijaga. Hal itu disematkan dalam kosmologi kehidupan harian mereka, bahwa alam adalah bagian dari tubuh mereka. Tanah adalah dagingnya, air adalah darah, hutan adalah rambut/pori-pori dan batu adalah tulangnya

Titik Kedelapan : Danau Fatukoto/Nefo Kaenka
Di pertigaan menuju Nausus ada sebuah danau yang bernama Nefo Kaenka, danau ini juga dikenal dengan nama Danau Fatukoto karena terletak di Desa Fatukoto.

Aku enggak sempet menikmati dengan maksimal danau ini, karena waktu sudah menunjukkan pukul 17.05 WITA, cuma foto foto sebentar lalu langsung cabut, balik ke Kota Soe. Aku buru buru cabut karena takut kemaleman di jalan, masih jauh perjalanan ke Soe dengan kondisi jalan yang menurun berkelak kelok dan sempit.

Danau Nefo Kaenka ini belum dikelola secara maksimal nih, meski sudah ada bangunan Lopo disana. Padahal asyik juga nih buat piknik siang siang sambil makan bersama keluarga, pastinya adem dan nyaman karena banyak pepohonan di sekitar danau ini.


Titik Kesembilan : Bermalam di Kota Soe
Alhamdulilah kita sampai di Kota Soe pukul 18.30 Wita. Dan sesuai dengan rencana kita sebelumnya, kita akan menginap semalam di Soe, sebelum besok siang kita kembali ke Kota Kupang.

Tempat pilihan kita menginap adalah Hotel Bahagia 2 yang belokasi di Jalan Gajah Mada, Kota Soe, bersebelahan dengan Kantor Polres Kab TTS.

Enggak seperti biasanya, kali ini kita enggak booking dulu sebelumnya, alias "go show" aja, dan untungnya sih masih dapet kamar kosong.


Kita daper kamarnya yang Utama 1, harganya 300 ribu dengan fasilitas TV dan Air Panas plus Sarapan. Proses cek in sangat cepat, enggak perlu isi formulir ini itu, aku cuma diminta menyerahkan KTP aja dan langsung diantar ke kamar yang berada di lantai 2.

Saat sampai kamarnya, wow, ala kadarnya banget ya, heuheuheu. Oia meski di daftar harga tercantum fasilitas TV, ternyata di kamar kita enggak ada TV nya, tapi gpp sih, enggak masalah, enggak sempet nonton TV juga.


Beberapaa kali aku terbangun dari tidur, bukan karena berisik atau apa, tapi karena kedinginan, heuheuehu, Soe dingin banget cui pas malem, padahal enggak pakai AC lho. Dan pas paginya aku cek di aplikasi HP, ternyata suhu udara di Kota Soe 16 derajat Celcius, pantes aja dingin bangett.

Untuk sarapan, lokasinya di restoran persis di sebelah resepsionis dengan menu yang disediakan yaitu Nasi Soto Ayam dengan lauk telur rebus dan tempe goreng, minum air putih, kopi, atau teh dan ada pula Roti Tawar lengkap dengan selai.


Setelah makan dan ngopi pagi, kita pun bergegas balik kamar buat mandi, dan packing. Proses cek out dari hotel ini juga cepet banget, tinggal bilang cek out, balikin kunci, dicetakin tagihan, lalu bayar, dan bisa cabut deh, enggak di cek dulu kondisi kamar nya seperti di kebanyakan hotel lain.

Titik Kesepuluh : Taman Rekreasi Bu'at
Sekitar pukul 09.00 Wita, kita pun meluncur ke Taman Rekreasi Bu'at yang lokasinya lumayan dekat, cuma 6 km saja dari hotel. Untuk rutenya tentu saja donk kita mengandalkan kesaktian Google Maps, heuheuheu. Oia ternyata rute yang kita lalui ini melewati Kantor Bupati Timor Tengah Selatan, nah mumpung udah sampai sini, akhirnya kita foto foto dulu donk ya


Kondisi sekitar kantor dan jalanan di depan kantor bupati ini sepiiii banget, gak ada orang lain yang lewat sini, yaa mungkin karena ini minggu pagi ya, orang orang lagi pada ibadah gereja.

Habis itu kita pun melanjutkan perjalanan lagi, nah sebelum benar benar sampai ke Taman Rekreasi Bu'at, kita sempat berhenti 3 kali nih, karena pemandangannya oke dan kayaknya sayang deh kalau enggak foto foto dulu, heuheuheu, karena belum tentu kita bisa sampai sini lagi to




Kondisi sekitar Taman Rekreasi Bu'at juga sepi banget cui, saat kita sampai di depan pintu gerbangnya jadi ragu deh buat masuk, aku sempat menghentikan kendaraan beberapa menit, berpikir sejenak mengenai jadi atau enggaknya masuk ke taman ini. Dan akhirnya kuputuskan untuk gak jadi masuk, haha. Kuputar balik kendaraan di depan pintu gerbangnya, dan langsung cabut menuju Kota Kupang.


Nah seperti itulah keseruan kita trip ke Soe dan Fatumnasi selama 2 hari 1 malam, buat kalian yang pengen melakukan trip kesana juga, silakan baca baik baik postingan ini, jangan lupa baca juga yang Part 1 ya, udah lengkap tuh kutulis apa aja yang harus dipersiapkan, bagaimana kondisi jalan serta apa aja yang bisa dituju.

3 comments:

  1. Tempatnya asyik buat foto-foto hehehehheh.
    Aku malah tertarik semacam bangunan atau apa itu yang menjulang tinggi :-)

    ReplyDelete
  2. ASS..WR.WB.SAYA pak resky TKI BRUNAY DARUSALAM INGIN BERTERIMA KASIH BANYAK KEPADA EYANG WORO MANGGOLO,YANG SUDAH MEMBANTU ORANG TUA SAYA KARNA SELAMA INI ORANG TUA SAYA SEDANG TERLILIT HUTANG YANG BANYAK,BERKAT BANTUAN EYANG SEKARAN ORANG TUA SAYA SUDAH BISA MELUNASI SEMUA HUTAN2NYA,DAN SAWAH YANG DULUNYA SEMPAT DI GADAIKAN SEKARAN ALHAMDULILLAH SUDAH BISA DI TEBUS KEMBALI,ITU SEMUA ATAS BANTUAN EYANG WORO MANGGOLO MEMBERIKAN ANGKA RITUALNYA KEPADA KAMI DAN TIDAK DI SANGKA SANGKA TERNYATA BERHASIL,BAGI ANDA YANG INGIN DIBANTU SAMA SEPERTI KAMI SILAHKAN HUBUNGI NO HP EYANG WORO MANGGOLO (082-391-772-208) JANGAN ANDA RAGU ANGKA RITUAL EYANG WORO MANGGOLO SELALU TEPAT DAN TERBUKTI INI BUKAN REKAYASA SAYA SUDAH MEMBUKTIKAN NYA TERIMAH KASIH
    NO HP EYANG WORO MANGGOLO (082-391-772-208)
    BUTUH ANGKA GHOIB HASIL RTUAL EYANG WORO MANGGOLO
    DIJAMIN TIDAK MENGECEWAKAN ANDA APAPUN ANDA MINTA INSYA ALLAH PASTI DIKABULKAN BERGAUNLAH SECEPATNYA BERSAMA KAMI JANGAN SAMPAI ANDA MENYESAL

    ReplyDelete

Silakan Meninggalkan Jejak di Kolom Komentar