10 August 2020

Gagal ke Lelogama

(Mei 2020)

Lelogama adalah suatu daerah di daerah Amfoang Selatan, Kabupaten Kupang, di Kaki Gunung Timau. Nah salah satu hal yang membuat aku tertarik banget untuk menjelajah Lelogama adalah adanya pembangunan Observatorium dengan teleskop terbesar di Asia Tenggara.

Tentang Observatorium (diolah dari berbagai sumber)
FYI, Saat ini Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) sedang membangun observatorium nasional di Timau, Amfoang, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur lho. Menariknya, wilayah tempat observatorium ini nantinya akan jadi destinasi Taman Nasional Langit Gelap pertama di Indonesia

Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin mengatakan observatorium nasional di Gunung Timau ini akan menggantikan observatorium Bosscha di Lembang, Bandung, Jawa Barat. Alasannya, dari tahun 1923 sampai dengan 1970an observatorium Bosscha masih berfungsi baik, namun pada tahun 1980an kota Bandung sudah semakin terang, polusi cahayanya sudah terlalu tinggi. Jadi untuk memotret galaksi dan objek yang redup sudah sangat sulit. Maka, pada sekitar tahun 2011, tim astronom dari Institut Teknologi Bandung melakukan survei di seluruh Indonesia untuk mencari lokasi yang cocok dijadikan tempat observatorium baru. 

Pilihan akhirnya jatuh di sekitar lereng gunung Timau, NTT. Yang istimewa, observatorium di Timau ini akan menjadi rumah bagi teleskop terbesar di Asia Tenggara, dengan diameter 3,8 meter. Keberadaan observatorium nasional Timau, bisa menyumbang perkembangan sains dan teknologi antariksa di Indonesia. Selain itu, observatorium Timau juga akan mampu menjadi daya tarik wisatawan karena menjadi observatorium terbesar di Asia Tenggara (semoga ya, aamiin)

Untuk mendukung proyek tersebut, Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur membangun jalan raya sepanjang 40 kilometer, dimulai dari jalur utama Kupang - So'e di daerah Takari Kab Kupang menuju ke kawasan obsevatorium terbesar di Asia Tenggara di Gunung Timau. Nah jalan raya ini baru selesai di awal tahun 2020 ini, ya meskipun sebenarnya belum selesai 100% sih, padahal deadline nya tuh akhir tahun 2019 oh, tapi ngaret, sudah diperpanjang sampai batas waktu, namun masih ada beberapa spot yang belum teraspal.

Pembangunan jalan ini bagi masyarakat lelogama merupakan anugrah yang luar biasa, karena sebelumnya, jalur sepanjang 40 km kondisinya rusak banget nget nget, kalau kemarau, kering berdebu berbatu batu, kalau musim penghujan becek dan licin plus kontur jalan yang naik turun serta berkelak kelok. Coba deh cari videonya di youtube, banyak banget yang upload mengenai rusaknya jalan menuju Amfoang sebelum diaspal lagi.

***

Pagi Pagi setelah sarapan, kita berempat pun bersiap berangkat ke arah Lelogama. Perbekalan untuk makan siang sudah kita siapkan, rencananya sih untuk dimakan di Lelogama, biar dsana enggak perlu beli makan, namun dalam perjalanan ke Lelogama Amfoang Selatan, kita tetep mampir ke Alfamart dulu untuk membeli cemilan dan kopi botolan, biar enggak ngantuk pas nyetir.

Perjalanan menyusuri Jalan Timor Raya cukup lancar, tidak terlalu banyak mobil berlalu lalang, jalanan pun sudah aspal mulus, cuman mulai berkelak kelok saat memasuki daerah Camplong.

Nah di daerah Takari, sebelum Jembatan Panjang Batuputih, kita keluar jalur utama, masuk ke jalur menuju amfoang, di persimpangan jalan ini lumayan rame, banyak warung dan terdapat beberapa angkot yang mangkal menunggu penumpang.

Jalan ini adalah titik awal dari jalur yang diaspal mulus tahun 2019 kemarin dan sepanjang 40 km ke depan akan mulus terus (harusnya sih). Eh tapi kenyataannya enggak, masih ada beberapa spot yang belum teraspal. Videonya bisa kaliaan lihat di sini.

Nah dalam perjalanan ini, kita harus melewati sebuah jembatan yang cukup mendebarkan sih, tiang tiang dan tulangnya sih dari besi besi kokoh, tapi alas atau jalan pada bagian jembatan tersebut terbuat dari bilah bilah kayu, heuheuheu. ngeri juga sih kalau sampai ambrol.. Nama jembatan ini adalah Jembatan Kali Kering.




Ada sebuah plakat di jembatan ini, seperti yang kalian lihat di foto di atas ini, ada beberapa informasi yang kita dapat, yaitu bahwa proyek jembatan ini dibangun menggungan anggaran tahun 2001 dan menghubungkan daerah Bokong dengan Lelogama, heuheuheu, ya Bokong, kalau kalian orang jawa pasti akan tersenyum atau mungkin ketawa saat pertama melihat ini. FYI Bokong disni adalah nama daerah yaaaa.

Nah setelah itu kita lanjut perjalanan lagi, eh ternyata enggak seseram yang dibayangkan saat menyeberang jembatan ini menggunakan kendaraan.


Beberapa kilometer dari Jembatan Kali Kering tadi, perjalanan kita dihentikan oleh beberapa petugas/hansip. Mereka menyuruh kita turun, cek masker, menanyakan tujuan kita kemana, menyuruh cuci tangan dahulu untuk semua orang yang ada di dalam kendaraan, dan mengisi nama di buku, semacam buku tamu atau buku pengawasan. Kirain bakal disuruh balik nih, eh ternyata enggak donk, habis itu kita diperbolehkan lanjut perjalanan menuju Lelogama.


Tidak jauh dari titik pemeriksaan tadi, kita sampai di satu spot yang membuat kita tuh pengen banget berhenti dan foto foto, enggak tahu ini nama spotnya apa, yang jelas cantik untuk diabadikan. Background bukit batunya itu lho, seakan menyembul diantara hijaunya pepohonan, ini mirip mirip dengan bukit bukit batu di Gunung Fatuleu.



Setelah puas foto foto, kita pun lanjut perjalanan.

Perasaan happy karena perjalanan menuju lelogama sudah tidak jauh lagi, tiba tiba sirna begitu saja karena beberapa kilometer dari spot foto foto tadi, perjalanan kita kembali dihentikan, kali ini bukan oleh hansip, tapi oleh aparat TNI yang dengan tegas dan sopan menyuruh kita untuk balik, karena jalan sementara ditutup portal dan hanya warga setempat yang boleh lalu lalang melewati portal ini, huhuhuhuhu, sedih banget..... Tapi untungnya anak anak enggak nangis ya, mereka tetep happy diajak jalan jalan meskipun enggak sampai tujuan.

Ya sudah kita pun langsung puter balik, kembali ke Kota Kupang dalam kondisi lapar, karena sudah waktunya makan siang dan bekal makan siang yang kita bawa pun kita bawa balik, heuheuheu

***

NB : Perjalanan ini kita lakukan di Bulan Mei 2020, nah mulai tanggal 15 Juni spot ini sudah dibuka kembali untuk umum, dan kita pun melakukan perjalanan kembali kesini pada akhir Bulan Juli 2020 kemarin, tunggu ya tulisan mengenai serunya piknik ke Lelogama, tapi kalau kalian mau nonton VLog kita Piknik Seru di Lelogama, bisa meluncur ke https://www.youtube.com/watch?v=IeQmC8chozg



3 comments:

  1. Mas, tempatnya yang perbukitan malah sekilas mirip dengan Nglanggeran ya.
    Buat ambil foto-foto bagus ini, apalagi kalau pagi atau pas sore.

    ReplyDelete
    Replies
    1. oh mirip ya? belum pernah ke nglanggeran nih, heuheuheu

      Delete

Silakan Meninggalkan Jejak di Kolom Komentar