28 August 2023

Menikmati Sore di Menara Pandang Teratai Purwokerto


Sabtu siang, setelah anak anak pulang sekolah, aku iseng iseng ajakin anak buat nyari makan siang keluar kota sambil jalan jalan, heuheuheu iseng banget yak, makan siang aja sampai luar kota. Tapi aku enggak bilang mau kemana tujuannya, alhamdulilah mereka dan emaknya mau. Pas banget jam tidur siang, selama perjalanan satu jam lebih mereka tidur doank. Bangun bangun udah mau nyampe lokasi.

Kira kira jam 2 siang kita sampai juga di wilayah Purbalingga dan tujuan kita kali ini adalah gerai KFC di Jl. MT. Haryono, Purbalingga Kulon, Kec. Purbalingga, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Posisinya berada diantara gerai Pizza Hut dan Hokben.


Bangunan gerai KFC ini terdiri dari 2 lantai, setelah pesan di lantai 1, lanjut bayar dan kita bawa makanannya ke lantai 2, karena di lantai 2 ada mini playground nya. Seperti biasa anak anak pesan menu paket Kids Meal, untuk kali ini hadiah mainannya adalah karakter kartun We Bare Bears.

Lumayan lama kita nongkrong disini, lebih dari sejam lah. Kemudian kita lanjut perjalanan ke kota sebelahnya yaitu Banyumas, tepatnya kita mau menghabiskan sore di Menara Pandang Teratai yang berlokasi di Jl. Bung Karno, Kalibener, Kedungwuluh, Kec. Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Sekitar pukul setengah lima sore, kita sampai juga di parkiran Menara Pandang Teratai. Parkirannya lumayan luas, dan ramai banget. FYI Menara Pandang Teratai Purwokerto ini merupakan sebuah menara yang memiliki ketinggian 117 meter. Menara yang dibangun pada tahun 2021 dan diresmikan oleh Bupati Banyumas, Achmad Husein pada Rabu 24 April 2022 ini, kini menjadi salah satu destinasi wisata di Purwokerto sekaligus ikon baru dari Kota Satria tersebut.


Dinamanakan Menara Teratai lantaran puncak menara memiliki keunikan yang berbentuk seperti tanaman teratai. Dari puncak bangunan ini, pengunjung bisa melihat pemandangan atau landskap Purwokerto 360 derajat atau ke seluruh penjuru mata angin. Pengunjung juga bisa menguji adrenalin dengan berjalan melintasi lantai kaca. Saat melintasi lantai kaca, pengunjung bisa melihat langsung bagian bawah dari ketinggian 80 meter. Untuk bisa naik, pengunjung harus membeli tiket dulu ya, harganya sekitar 20 ribuan deh kayaknya. Aku sih enggak coba naik, cuma jalan jalan aja di sekitaran menara.


Pembangunan Menara Pandang Teratai merupakan hasil inisiatif pemerintah Kabupaten Banyumas untuk menciptakan ikon baru Purwokerto. Oleh karenanya, menara ini dibangun oleh pembiayaan program PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional) dari dana APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). Desain menara Pandang Teratai pun sempat beberapa kali mengalami perubahan, awalnya desain akhir bangunan dikehendaki berbentuk kubah yang dinamakan sebagai Menara Gada Rujakpolo.

Pada proses menuju tahap penyelesaian, desain menara berubah menjadi bunga teratai. Puncak menara yang berbentuk bunga teratai ini mengandung filosofi dari Dwipa Semarang, dengan pembagian menara menjadi 3 tingkatan yaitu tingkat bawah, tengah dan atas. Tingkat bawah yakni lantai dasar yang menyimbolkan hubungan antar manusia, tingkat tengah berada di lantai 1 dan 2 yang menyimbolkan hubungan dengan alam, dan tingkat atas berada di lantai 3 dan 4 menyimbolkan hubungan dengan Tuhan.
 

Secara keseluruhan, menara ini memiliki total 5 lantai dengan fungsi yang berbeda:
  1. Lantai 1 merupakan Coffee Shop dengan konsep seperti pameran, ada klip komik, lukisan batik dan lain sebagainya
  2. Lantai 2 merupakan Office Room atau ruang pertemuan. Namun tidak dibuka untuk umum.
  3. Lantai 3 merupakan jembatan kaca yang bisa digunakan untuk melihat pemandangan Purwokerto, batas waktu berada di lantai ini maksimal 15 menit.
  4. Lantai 4 merupakan ruangan outdoor.
  5. Lantai 5 merupakan puncak yang berada di bawah bunga teratai langsung, setiap kunjungan dibatasi hanya 10 menit, lansia dan anak-anak dibatasi masuk ke lantai ini.
Melihat ada kereta keretaan yang berjalan mengelilingi menara, si kecil langsung tertarik dan pengen naik. Ya udah kita langsung beli tiketnya untuk naik kereta itu, sedangkan kakaknya enggak mau, maunya sewa sepeda listrik aja.




Si kecil keliling naik kereta ditemani emaknya, kakaknya muter muter naik sepeda listrik, sedangkan bapaknya jalan jalan aja explore sekitar menara. Heuheuheu. Setelah waktu habis, kita lanjut berjalan ke arah barisan penjual makanan. Disitu ada banyak banget penjual jajanan dan minuman yang bila kita lihat menunya ya itu itu aja, seperti jasuke, pop ice, pop mie, dan semacam sosis/bakso bakar.

Kita nongkrong disini sampai sebelum gelap. Sebenernya asyik juga sih nongkrong sampai malam karena setelah lampu lampu di menara dinyalakan, pemandangan jadi semakin cantik. Buat kalian yang mau kesini, coba deh suasana malamnya.




21 August 2023

Touring Seru Kebumen - Kawah Sikidang Dieng

Notifikasi WA berbunyi, mengusik keheningan malam. Aku baca sepintas dari layar hape, ternyata ada undangan join grup WA dari nomor kontak yang belum tersimpan. Awalnya sih aku cuekin, tapi kemudian ada WA lagi, tapi dari tetangga, beliau menginfokan bahwa ada undangan join grup WA Touring dari komplek sebelah. Aku langsung bangun dari posisi berbaringku dan buka chat undangan WA tadi, langsung kuklik "join".
 
Wah ternyata komplek perumahan sebelah baru bikin grup touring dan kita diajakin untuk touring perdana keesokan hari dengan rute Kebumen - Dieng. Aku langsung bilang "siap" donk, heuheuheu.
 

Di Hari Minggu 6 Agustus 2023, kita semua berkumpul pukul 05.30  WIB karena dijadwalkan akan mulai berangkat pukul 06.00 WIB, tapi ya seperti yang kita ketahui bersama, ada budaya "ngaret" diantara kita. Jadinya kita baru berangkat pukul 06.40 WIB. Total ada 18 motor dan 1 mobil pickup.

Jalur yang kita lalui adalah jalan menanjak Karangsambung - Giritirto - Banjarnegara. Kondisi jalannya sekarang sudah bagus, cor beton, tapi tetap harus hati hati karena menanjak dan banyak tikungan, ciri khas jalan di pegunungan. Sesampainya di daerah Giritirto, kita mampir ngopi dulu di Warung Dul Punuk, warung ini memang menjadi salah satu tujuan utama untuk mampir ngopi bagi pengguna jalan ini, baik itu yang dari arah Kebumen maupun yang dari arah Banjarnegara.

berhenti di Warung Dul Punuk

Kita ngopi ngopi, ngemil gorengan sambil ngobrol ngobrol, sekalian biar saling kenal, karena ada banyak peserta yang dari komplek sebelah yang belum kukenal, meskipun wajahnya agak agak familiar karena mungkin sering papasan di jalan. Setelah itu kemudian kita lanjut lagi perjalanannya ke arah utara, melewati pusat Kota Banjarnegara, lanjut ke timur ke arah Wonosobo.

Titik pemberhentian berikutnya adalah SPBU Krasak yang berlokasi di Jalan Wonosobo - Dieng, Kecamatan Mojotengah, Wonosobo. Beberapa dari kita isi bensin terutama yang pakai motor motor kecil, termasuk aku nih, karena cuma pake Soul GT 125 yang tangkinya kecil, posisi bahan bakar terpantau tinggal 1 strip, jadi isi aja biar nanti tenang sampai dieng. Beberapa teman yang motornya besar tidak ikutan ngisi, cuma numpang ke toilet aja.

Kemudian kita lanjut ke arah utara menerobos kemacetan jalur Wonosobo - Dieng, maklum ini hari Minggu jadi jalanan ini pasti padat dengan mobil dan motor, untungnya kita naik motor, jadi bisa selap selip. Nah masalahnya ada 1 peserta yang menggunakan mobil, tapi untungnya ada 1 motor yang berperan sebagai sweeper yang selalu mengawal mobil.

Titik pemberhentian berikutnya adalah sebuah warung yang menjual sarung tangan dan kaos kaki, lokasinya di tikungan sebelum Gardu Pandang Tieng. Sembari menunggu mobil pick up yang masih tertahan ramainya jalan, beberapa dari peserta ada yang membeli sarung tangan, karena di sini sudah terasa sangat dingin udaranya. 


 
Setelah mobil pick up terlihat naik, kita pun melanjutkan perjalanan lagi menuju Dieng. Pemandangan semakin lama semakin cantik, kanan kiri terlihat kebun kebun sayur yang sangat memanjakan mata. Syahdu sekali rasanya.

Perjalanan kita terhenti lagi di Titik 0 Dieng. Disini kita menyempatkan foto foto dahulu hingga kemudian kita langsung makan di warung makan padang yang terletak di sebelah tugu Titik 0 Dieng. Pas banget kita sampai sini sekitar pukul 11 siang. 


 

 
Perut sudah kenyang, kita pun langsung bergerak menuju Kawah Sikidang yang lokasinya tidak jauh dari sini, hanya sekitar 2,5 kilometer. Oia FYI di Bulan Agustus 2023 ini kawasan Dieng mulai berbenah, beberapa titik jalan dilebarkan, seperti contohnya jalan menuju kawah sikidang ini, sehingga menjadi macet sekitar 500 meter sebelum parkiran kawah.

Akhirnya kita sampai di parkiran sekitar pukul 12 lebih. Beberapa ada yang masuk ke area wisata, beberapa ada yang menunggu di parkiran, karena udah pernah masuk sebelumnya. Tiket masuknya 20 ribu rupiah per orang, untuk anak yang di bawah umur  tahun gratis.


 
Ini adalah kunjungan pertamaku ke Kawah Sikidang, bahkan ke area Dieng aja ini juga kali pertamaku, dari dulu sebenernya pengen banget merasakan dinginnya hawa Dieng, tapi baru sekarang kesampean.

Dari pintu masuk, sudah dibuatkan jalur menuju kawah menggunakan material kayu, disusun membentuk semacam jembatan kayu yang sangat estetik untuk foto foto, jembatan ini dinamai Jembatan Kahyangan. Tips bagi yang mau mendekat ke kawah, sebaiknya memakai masker deh, karena bau belerangnya sangat kuat. Sedikit informasi, alasan Wisata ini dinamai dengan "Kawah Sikidang" itu karena letak kawah induk yang berpindah-pindah, maka kawasan itu disebut "si kidang", yang berasal dari kata "kidang" (rusa). Kawah utama yang bergerak diibaratkan dengan sifat rusa yang suka melompat-lompat.
 

Di spot ini kita tidak terlalu lama, cuma foto foto bareng aja, kemudian lanjut jalan kaki menyusuri jembatan menuju pintu keluar yang rutenya dibuat semacam labirin, berkelak kelok dan di kanan kiri penuh dengan penjual oleh oleh. Barang yang khas dijual di sini adalah bubuk belerang, cabe dieng yang bentuknya mirip paprika, carica dan kentang.
 






Sesampainya di parkiran, kita lanjut nongkrong dulu di salah satu warung, istirahat, minum, ngemil sambil menunggu beberapa teman yang masih asyik di dalam area wisata.

Sekitar pukul 13.25 kita pun cuss keluar dari parkiran, untuk balik lagi motoran ke arah Kebumen. Masih di area Dieng, kita berhenti sejenak di Masjid Al Fattah untuk ibadah. Beuh, disini air wudhunya dingin banget lurr. Heuheuheu

Untuk pulangnya, rute yang dilalui sedikit berbeda, jika tadi lewat jalur karangsambung, sekarang kita belok di persimpangan Terminal Bus Sawangan Wonosobo, mengambil rute arah Wadaslintang. Jalur ini relatif landai namun berkelak kelok, dan tidak mulus, jadi terasa lebih melelahkan sebenarnya.

Alhamdulilah sekitar pukul 17.00 WIB kita sampai juga di rumah.

 


14 August 2023

Touring Pacitan Part 2 - Menikmati Bukit Raja Ampatnya Pacitan


Sekitar pukul 05.30 WIB, kita coba berburu pemandangan pagi di Pantai Kasap yang lokasinya tidak jauh dari tempat kita menginap, kira kira cuma 1,5 kilometer saja. Rencananya sih mau hunting sunrise, tapi berhubung mendung, kayaknya sih enggak bakal nemu.

Di parkiran pantai Kasap ternyata sudah ada beberapa kendaraan terparkir. Rupanya sudah banyak wisatawan yang sengaja datang kesini pagi pagi, atau mungkin memang bermalam karena di sekitar Pantai Kasap ada beberapa penginapan. Selain itu di dekat parkiran ini ada spot wisata sungai menggunakan perahu, namanya Wisata Kali Cokel. Namun karena masih terlalu pagi, wisata perahu ini belum beroperasi
 


Pantai Kasap ini sangat direkomendasikan karena di sebelah Pantai Kasap ada sebuah Bukit yang viewnya mirip dengan Raja Ampat. Kita berjalan kaki dari parkiran menuju Pantai Kasap melewati beberapa rumah warga, tambak, warung dan penginapan.
 
Sesampainya di Pantai Kasap, kita melihat plang besar warna kuning bertuliskan Kawasan Rawan Bencana Tsunami. Di bawahnya terdapat papan petunjuk arah dari kayu, kalau ke kiri kita bisa lanjut ke Pantai Kasap, sedangkan kalau ke kanan kita bisa sampai ke Bukit Raja Ampatnya Pacitan dan Pantai Bercak/Brecak. 
 
Pantai Kasap

Pantai Kasap terlihat sepi dan tenang, tidak ada pengunjung sama sekali, viewnya mirip pantai pantai di Gunungkidul Jogja. Kita pun lanjut jalan kaki ke arah kanan menuju Bukit Raja Ampat dengan melewati beberapa warung yang menjual makanan dan minuman.

Untuk naik ke bukit ini ternyata ada tiket masuknya, murah sih cuma 5 ribu aja per orang. Bukit ini tidak tinggi, cuman anak tangganya lumayan curam, jadi harus hati hati. Sebelum sampai puncak terlihat ada bangunan semacam warung makan/cafe yang pagi itu belum buka. Untuk sampai ke puncaknya, kita masih harus berjalan kaki sedikit lagi.





 
Di puncak terdapat bangunan semacam menara dari kayu, pengunjung bisa naik sampai atas untuk bisa mendapatkan foto pemandangan yang lebih cakep. Di sini kita bisa melihat sekeliling 360 derajat. Indah banget. Memang terlihat di kejauhan ada pulau pulau kecil di laut yang disebut mirip raja ampat.

Setelah puas foto foto di puncak bukit, kita lanjut turun dan jalan kaki ke arah kanan menuju pantai bercak, sebuah pantai dengan garis pantai pendek yang tadi terlihat lengkungannya dari atas bukit. Di pantai bercak ini terlihat ada bangunan yang entah itu rumah atau penginapan. Di salah satu sudutnya juga terlihat tenda terpasang dengan beberapa pemuda sedang duduk duduk di depannya.
 



Pagi ini pantai bercak lumayan surut, jadi kita bisa sedikit jalan kaki ke tengah. Sebenernya seru juga sih kalau punya waktu luang dan hunting binatang2 kecil di area pantai yang surut ini, tapi berhubung waktu kita terbatas, kita cuma foto foto sebentar lalu balik lagi ke parkiran dan lanjut ke penginapan kita "Prapto Homestay"

Sekitar pukul 07.00 WIB kita sampai lagi di penginapan, dan ternyata menu sarapan dari penginapan belum siap. Akhirnya beberapa dari kita memutuskan untuk jalan jalan lagi ke arah Pantai Watukarung yang jaraknya sangat dekat, cukup jalan kaki aja, enggak sampai 5 menit. Buat mengganjal perut, aku bawa seporsi pop mie yang udah aku isi dengan air panas dari penginapan, nanti tinggal dimakan pas di pantai.
 

Saat jalan kaki ke pantai watukarung, ternyata di sebelah kiri tuh ada resort yang luas banget halamannya, namanya adalah Desa Limasan Resort. Aku familiar banget dengan suasana dan bangunan resort ini, setelah kucari cari info di google, ternyata resort ini adalah salah satu lokasi syuting Film Kulari ke Pantai yang tayang di Bioskop tahun 2018 lalu.

Pantai yang melengkung ini suasananya lumayan sepi pagi ini, bersih, tenang dan ombak tidak besar karena posisinya lagi agak surut. Pasirnya yang berwarna putih dan kasar membuatku tertarik untuk melihat lebih dekat, ternyata pasir disini kombinasi antara pasir merica dengan pecahan karang dan kulit kerang. Hal ini mengingatkanku akan pasir mericanya pantai mandalika di Lombok.





Aku langsung mencari posisi paling enak untuk duduk sembari menyantap Pop Mie hangat. Sedangkan yang lain ada yang mandi mandi, foto foto, juga ada yang duduk duduk di pasir sambil ngobrol. Syahdu sekali rasanya.

Saat kembali ke penginapan, menu sarapan Nasi Goreng sudah tersaji di meja. Aku pun mengambil 1 porsi dan menyantapnya di depan kamar, begitu juga dengan teman teman lain. Kemudian lanjut mandi dan packing karena pagi ini harus check out untuk kembali ke arah barat namun dengan rute yang berbeda.
 


Tujuan pertama setelah check out dari hotel adalah Sungai Maron, kita udah siap untuk menyusuri sungai tersebut dengan menaiki perahu. Tapi sayang sekali saat sampai pintu gerbangnya, kita dapat info dari penjaga loket bahwa kondisi sungai saat ini sedang keruh karena semalam hujan deras, air nya berwarna coklat, tidak jernih seperti yang ada di foto foto. Ya sudah, akhirnya kita jalankan Plan B, yaitu explore Goa Gong saja yang lokasinya tidak terlalu jauh dari Sungai Maron.
 

Pukul 09.37 WIB alhamdulillah kita sampai di parkiran Goa Gong. Untuk motor bisa parkir di atas, sedangkan untuk mobil dan Bus harus parkir di bawah (dekat jalan raya) dan lanjut jalan kaki.

Kita langsung lanjut berjalan mengikuti jalur dan menaiki beberapa anak tangga untuk menuju mulut goa. Di mulut goa ada beberapa orang yang menyewakan senter, karena di dalam kondisinya gelap. Aku menolaknya karena bisa memanfaatkan senter dari hape saja.




Kondisi di dalam goa memang gelap tapi tidak segelap yang dibayangkan, di beberapa titik sudah dipasang lampu, selain sebagai penerang juga sebagai media untuk mempercantik lukisan alam goa yang berupa stalaktit dan stalakmit yang bentuknya unik unik. Untuk jalurnya sudah dipisah antara jalur turun (masuk) dan jalur naik (keluar) dan ada pagar besi sebagai pengaman dan pegangan tangan di kanan kirinya.
 
20 menit berlalu, kita sampai lagi di atas, di mulut goanya. Kemudian kita lanjut jalan lagi menuju parkiran dengan melewati barisan pedagang oleh oleh. Aku menyempatkan mampir di salah satu warung untuk membeli jajanan oleh oleh dan kaos untuk anak anak.

Sampai di parkiran kita istirahat bentar di warung kopi untuk memulihkan tenaga kembali. Sebelum kita lanjut motoran lagi.

Sekitar pukul 11.40 Wib kita akhirnya sampai juga di tempat makan siang. Warung ini bernama Warung Makan Gemma dengan menu utamanya ayam kampung. Lokasinya di daerah Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.
 


Menu makanan yang kita pesan adalah ayam kampung goreng dan opor. Entah lagi laper atau memang enak, rasa masakan di warung ini maknyuss tenan. Ayam gorengnya tidak alot, tapi masih ada tekstur khas ayam kampung. Wah mantap, rekomended lah pokoknya.

Selepas makan kita pun lanjut motoran lagi ke arah barat untuk kembali pulang ke rumah masing masing. Alhamdulilah sebelum gelap aku udah sampai lagi di Purworejo.

***


 

7 August 2023

Touring Pacitan Part 1 - Menyusuri Pantai Selatan Jawa


Seru juga nih gabung dengan komunitas touring motor, bisa motoran rame rame ke tempat tempat indah. Yang aku suka dari komunitas ini adalah tidak ada batasan jenis/merek motornya, semua bisa gabung, heuheuheu kadang aku pake mio soul kadang pake vario. Biasanya sih rutenya deket deket aja, di sekitaran Kedu - Banyumas. Untuk kali ini kita coba lebih jauh yaitu ke arah Pacitan, Jawa Timur.

Sekitar belasan motor dan 1 mobil ikut bergabung di touring kali ini, titik kumpulnya yaitu di Warung Soto Rejeki yang berlokasi di Jalan P Senopati 50A Palbapang, Bantul, Jogja. Tempat ini dipilih karena para peserta berasal dari beberapa kota seperti Kebumen, Purworejo, Magelang dan Jogja, sekaligus untuk tempat sarapan sebelum menjelajah ke arah timur. Oia selain itu ada tambahan beberapa peserta yang berasal dari Solo, nanti mereka akan gabung di sekitaran Gunungkidul.



Sekitar pukul 07.53 WIB kita sampai di warung soto ini, kondisi warung sudah sangat ramai, tempat duduk di bagian depan sudah penuh, sehingga rombongan kita diarahkan untuk makan lesehan saja di belakang. Alhamdulilah disini lebih luas dan lebih tenang.

Setelah menyantap soto, minum teh hangat, foto foto dan briefing, sekitar pukul 08.34 WIB kita berangkat bersama menuju arah Gunungkidul untuk mampir mencoba jalan baru yaitu JJLS dan mencicipi beberapa pantainya.
 



Alhamdulilah rute yang kita lalui ini lancar, tidak ada halangan. Dengan kecepatan yang santai, enggak terasa kita sampai juga di JJLS Gunungkidul yang super mulus sekitar pukul sepuluh pagi. Tidak lupa kita berhenti sejenak untuk foto bersama

Setelah puas foto foto, kita lanjut perjalanan ke arah pantai indrayanti, di spot ini kita tidak masuk sampai ke bibir pantainya, melainkan hanya nongkrong di salah satu warung, untuk istirahat sekaligus ngopi, dan ngobrol ringan. Disini kita juga bertemu beberapa rombongan touring dari luar kota.





Sekitar pukul 11.30 akhirnya kita sampai juga di spot berikutnya yaitu Pantai Wediombo yang berlokasi di daerah Jepitu, Girisubo, Gunungkidul, Jogja. Ini adalah kali keduaku berkunjung ke Pantai Wediombo. Dulu pernah kesini motoran juga, tapi sendirian, heuheuheu.

Dari parkiran yang letaknya di atas, kita harus berjalan kaki menuruni puluhan anak tangga menuju bibir pantainya. Sebagian ada yang ikut turun, sebagian ada pula yang duduk duduk di sekitaran parkiran, mungkin mereka males jalan kaki baliknya, karena naik.

Siang ini ombak lumayan besar, aku coba explore di sekitar pantai ini untuk membuat video dan foto foto. Di tepian pantai ada beberapa alas duduk lengkap dengan payung besar yang bisa disewa pengunjung. Pasirnya putih dan bersih, coba kalau pas ombaknya tenang ya, cocok banget buat ajak anak anak main disini dah. Di arah kanan terdapat pos SAR lengkap dengan beberapa petugas jaga.
 

Tidak lama kita di Pantai Wediombo ini, sekiranya udah cukup foto fotonya, kita pun lanjut lagi perjalanannya menuju spot berikutnya yaitu tempat makan siang yang berlokasi di daerah Ngepoh, Nglindur, Girisubo, Gunungkidul. Nama tempatnya adalah Rumah Makan Pak Wid. Lokasinya strategis banget deh, di tepi JJLS, serta bersebelahan dengan Kantor Kelurahan Nglindur, Pertashop, dan Masjid. Jadi selain makan siang, kita sekalian bisa isi bensin dan ibadah.

Dari luar tidak terlihat kalau ini tempat makan ya, lha enggak ada plang nama warungnya. Enggak tahu panitia dapat info dari mana mengenai warung ini. Berhubung udah pesan dari sebelumnya, pas kita sampai warung ini pukul 12.50 WIB, semua makanan sudah siap, ala ala prasmanan gitu. Kita bisa ambil sepuasnya, heuheuheu.

Kita agak lama disini karena tiba tiba hujan deras, kita tunggu agak reda dikit sebelum melanjutkan ke spot berikutnya.

Alhamdulilah sekitar jam 3 sore lebih kita sampai juga di parkiran Pantai Nampu yang di Wonogiri. Sebenernya kita gak rencana ke pantai ini, melainkan mau ke pantai Banyu Tibo. Tapi berhubung yang paling depan salah belok, akhirnya kita malah ke Pantai Nampu.

Setelah foto foto sebentar, kita lanjut ke pantai Banyu Tibo yang berlokasi di daerah Donorojo, Pacitan, Jawa Timur. Jalurnya lumayan sulit karena beberapa ratus meter sebelum lokasi kondisi jalanan berupa jalan tanah berbatu dengan cor semen. Sedikit berkelok dan menurun, sebenernya kalau pas cuaca cerah sih aman aman aja ya, tapi berhubung ini habis hujan, jalannya basah dan licin karena sebagian jalan tertutup tanah lumpur yang terbawa aliran air hujan. 
 

Kita sangat tertarik dengan pantai ini karena unik. Terdapat aliran sungai yang langsung terjun ke pantainya, sehingga terlihat seperti air terjun di pantai. Keren deh. Pengunjung juga bisa jalan ke bawah menuju bagian bawah air terjun dengan membayar uang seiklhasnya. Untuk keamanan, di bawah sudah siap penjaga yang bisa membantu untuk naik/turun, bisa juga membantu mengambilkan foto. Ombak disini lumayan besar, jadi tetap harus hati hati.
 


Pantai berikutnya yang kita kunjungi adalah Pantai Klayar. Sore itu kondisi cuaca sangat mendung, dan hujan deras pun tiba beberapa menit setelah kita menginjakkan kaki di Pantai Klayar. Acara foto foto pun seketika buyar, untungnya di deket situ ada warung, sehingga kita semua berteduh sembari istirahat dan ngopi di warung itu, beberapa malah ada yang pesen mie rebus.

Alhamdulilah hujannya tidak lama, berdasar saran dari teman yang udah pernah kesini, kita pun lanjut jalan kaki ke atas bukit klayar, katanya dari atas pemandangannya cakep banget. Ya sudah kita pun jalan kaki ke atas dengan hati hati karena jalan masih licin.
 




Benar saja, ternyata pemandangan di atas cakep banget lho, bisa lebih cakep lagi kalau pas cerah, sepertinya bisa menikmati sunset dari sini dah. Sayangnya sore ini sedang mendung, tapi ini udah ciamik poll.

Sekitar pukul 17.25 WIB kita pun cabut dari Pantai Klayar menuju tempat penginapan kita yaitu Prapto Homestay di area Pantai Watukarung, Pacitan. Disini kita menginap semalam, istirahat dahulu sebelum besok melanjutkan touring.

..... bersambung ke part 2 ya

***