Sekitar pukul 05.30 WIB, kita coba berburu pemandangan pagi di Pantai Kasap yang lokasinya tidak jauh dari tempat kita menginap, kira kira cuma 1,5 kilometer saja. Rencananya sih mau hunting sunrise, tapi berhubung mendung, kayaknya sih enggak bakal nemu.
Di parkiran pantai Kasap ternyata sudah ada beberapa kendaraan terparkir. Rupanya sudah banyak wisatawan yang sengaja datang kesini pagi pagi, atau mungkin memang bermalam karena di sekitar Pantai Kasap ada beberapa penginapan. Selain itu di dekat parkiran ini ada spot wisata sungai menggunakan perahu, namanya Wisata Kali Cokel. Namun karena masih terlalu pagi, wisata perahu ini belum beroperasi
Di parkiran pantai Kasap ternyata sudah ada beberapa kendaraan terparkir. Rupanya sudah banyak wisatawan yang sengaja datang kesini pagi pagi, atau mungkin memang bermalam karena di sekitar Pantai Kasap ada beberapa penginapan. Selain itu di dekat parkiran ini ada spot wisata sungai menggunakan perahu, namanya Wisata Kali Cokel. Namun karena masih terlalu pagi, wisata perahu ini belum beroperasi
Pantai Kasap ini sangat direkomendasikan karena di sebelah Pantai Kasap ada sebuah Bukit yang viewnya mirip dengan Raja Ampat. Kita berjalan kaki dari parkiran menuju Pantai Kasap melewati beberapa rumah warga, tambak, warung dan penginapan.
Sesampainya di Pantai Kasap, kita melihat plang besar warna kuning bertuliskan Kawasan Rawan Bencana Tsunami. Di bawahnya terdapat papan petunjuk arah dari kayu, kalau ke kiri kita bisa lanjut ke Pantai Kasap, sedangkan kalau ke kanan kita bisa sampai ke Bukit Raja Ampatnya Pacitan dan Pantai Bercak/Brecak.
Pantai Kasap |
Pantai Kasap terlihat sepi dan tenang, tidak ada pengunjung sama sekali, viewnya mirip pantai pantai di Gunungkidul Jogja. Kita pun lanjut jalan kaki ke arah kanan menuju Bukit Raja Ampat dengan melewati beberapa warung yang menjual makanan dan minuman.
Untuk naik ke bukit ini ternyata ada tiket masuknya, murah sih cuma 5 ribu aja per orang. Bukit ini tidak tinggi, cuman anak tangganya lumayan curam, jadi harus hati hati. Sebelum sampai puncak terlihat ada bangunan semacam warung makan/cafe yang pagi itu belum buka. Untuk sampai ke puncaknya, kita masih harus berjalan kaki sedikit lagi.
Untuk naik ke bukit ini ternyata ada tiket masuknya, murah sih cuma 5 ribu aja per orang. Bukit ini tidak tinggi, cuman anak tangganya lumayan curam, jadi harus hati hati. Sebelum sampai puncak terlihat ada bangunan semacam warung makan/cafe yang pagi itu belum buka. Untuk sampai ke puncaknya, kita masih harus berjalan kaki sedikit lagi.
Di puncak terdapat bangunan semacam menara dari kayu, pengunjung bisa naik sampai atas untuk bisa mendapatkan foto pemandangan yang lebih cakep. Di sini kita bisa melihat sekeliling 360 derajat. Indah banget. Memang terlihat di kejauhan ada pulau pulau kecil di laut yang disebut mirip raja ampat.
Setelah puas foto foto di puncak bukit, kita lanjut turun dan jalan kaki ke arah kanan menuju pantai bercak, sebuah pantai dengan garis pantai pendek yang tadi terlihat lengkungannya dari atas bukit. Di pantai bercak ini terlihat ada bangunan yang entah itu rumah atau penginapan. Di salah satu sudutnya juga terlihat tenda terpasang dengan beberapa pemuda sedang duduk duduk di depannya.
Pagi ini pantai bercak lumayan surut, jadi kita bisa sedikit jalan kaki ke tengah. Sebenernya seru juga sih kalau punya waktu luang dan hunting binatang2 kecil di area pantai yang surut ini, tapi berhubung waktu kita terbatas, kita cuma foto foto sebentar lalu balik lagi ke parkiran dan lanjut ke penginapan kita "Prapto Homestay"
Sekitar pukul 07.00 WIB kita sampai lagi di penginapan, dan ternyata menu sarapan dari penginapan belum siap. Akhirnya beberapa dari kita memutuskan untuk jalan jalan lagi ke arah Pantai Watukarung yang jaraknya sangat dekat, cukup jalan kaki aja, enggak sampai 5 menit. Buat mengganjal perut, aku bawa seporsi pop mie yang udah aku isi dengan air panas dari penginapan, nanti tinggal dimakan pas di pantai.
Saat jalan kaki ke pantai watukarung, ternyata di sebelah kiri tuh ada resort yang luas banget halamannya, namanya adalah Desa Limasan Resort. Aku familiar banget dengan suasana dan bangunan resort ini, setelah kucari cari info di google, ternyata resort ini adalah salah satu lokasi syuting Film Kulari ke Pantai yang tayang di Bioskop tahun 2018 lalu.
Pantai yang melengkung ini suasananya lumayan sepi pagi ini, bersih, tenang dan ombak tidak besar karena posisinya lagi agak surut. Pasirnya yang berwarna putih dan kasar membuatku tertarik untuk melihat lebih dekat, ternyata pasir disini kombinasi antara pasir merica dengan pecahan karang dan kulit kerang. Hal ini mengingatkanku akan pasir mericanya pantai mandalika di Lombok.
Pantai yang melengkung ini suasananya lumayan sepi pagi ini, bersih, tenang dan ombak tidak besar karena posisinya lagi agak surut. Pasirnya yang berwarna putih dan kasar membuatku tertarik untuk melihat lebih dekat, ternyata pasir disini kombinasi antara pasir merica dengan pecahan karang dan kulit kerang. Hal ini mengingatkanku akan pasir mericanya pantai mandalika di Lombok.
Aku langsung mencari posisi paling enak untuk duduk sembari menyantap Pop Mie hangat. Sedangkan yang lain ada yang mandi mandi, foto foto, juga ada yang duduk duduk di pasir sambil ngobrol. Syahdu sekali rasanya.
Saat kembali ke penginapan, menu sarapan Nasi Goreng sudah tersaji di meja. Aku pun mengambil 1 porsi dan menyantapnya di depan kamar, begitu juga dengan teman teman lain. Kemudian lanjut mandi dan packing karena pagi ini harus check out untuk kembali ke arah barat namun dengan rute yang berbeda.
Tujuan pertama setelah check out dari hotel adalah Sungai Maron, kita udah siap untuk menyusuri sungai tersebut dengan menaiki perahu. Tapi sayang sekali saat sampai pintu gerbangnya, kita dapat info dari penjaga loket bahwa kondisi sungai saat ini sedang keruh karena semalam hujan deras, air nya berwarna coklat, tidak jernih seperti yang ada di foto foto. Ya sudah, akhirnya kita jalankan Plan B, yaitu explore Goa Gong saja yang lokasinya tidak terlalu jauh dari Sungai Maron.
Pukul 09.37 WIB alhamdulillah kita sampai di parkiran Goa Gong. Untuk motor bisa parkir di atas, sedangkan untuk mobil dan Bus harus parkir di bawah (dekat jalan raya) dan lanjut jalan kaki.
Kita langsung lanjut berjalan mengikuti jalur dan menaiki beberapa anak tangga untuk menuju mulut goa. Di mulut goa ada beberapa orang yang menyewakan senter, karena di dalam kondisinya gelap. Aku menolaknya karena bisa memanfaatkan senter dari hape saja.
Kondisi di dalam goa memang gelap tapi tidak segelap yang dibayangkan, di beberapa titik sudah dipasang lampu, selain sebagai penerang juga sebagai media untuk mempercantik lukisan alam goa yang berupa stalaktit dan stalakmit yang bentuknya unik unik. Untuk jalurnya sudah dipisah antara jalur turun (masuk) dan jalur naik (keluar) dan ada pagar besi sebagai pengaman dan pegangan tangan di kanan kirinya.
20 menit berlalu, kita sampai lagi di atas, di mulut goanya. Kemudian kita lanjut jalan lagi menuju parkiran dengan melewati barisan pedagang oleh oleh. Aku menyempatkan mampir di salah satu warung untuk membeli jajanan oleh oleh dan kaos untuk anak anak.
Sampai di parkiran kita istirahat bentar di warung kopi untuk memulihkan tenaga kembali. Sebelum kita lanjut motoran lagi.
Sekitar pukul 11.40 Wib kita akhirnya sampai juga di tempat makan siang. Warung ini bernama Warung Makan Gemma dengan menu utamanya ayam kampung. Lokasinya di daerah Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.
Sampai di parkiran kita istirahat bentar di warung kopi untuk memulihkan tenaga kembali. Sebelum kita lanjut motoran lagi.
Sekitar pukul 11.40 Wib kita akhirnya sampai juga di tempat makan siang. Warung ini bernama Warung Makan Gemma dengan menu utamanya ayam kampung. Lokasinya di daerah Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.
Menu makanan yang kita pesan adalah ayam kampung goreng dan opor. Entah lagi laper atau memang enak, rasa masakan di warung ini maknyuss tenan. Ayam gorengnya tidak alot, tapi masih ada tekstur khas ayam kampung. Wah mantap, rekomended lah pokoknya.
Selepas makan kita pun lanjut motoran lagi ke arah barat untuk kembali pulang ke rumah masing masing. Alhamdulilah sebelum gelap aku udah sampai lagi di Purworejo.
Selepas makan kita pun lanjut motoran lagi ke arah barat untuk kembali pulang ke rumah masing masing. Alhamdulilah sebelum gelap aku udah sampai lagi di Purworejo.
***
Bagus banget pantai ini, gugusan bukit yang seperti pulau menjadi ciri khas. Kayaknya beberapa tahun lalu, pantai ini pernah ramai di beberapa tulisan
ReplyDeleteWah asik jg ya jln2 trs mkn2...
ReplyDeleteBTW lam knl mas...