Salah satu tujuan motoran yang sudah dari lama pengen kita datangi akhirnya di weekend ini kesampean. Yaitu sebuah gunung yang bisa kita capai puncaknya tanpa harus lelah lelah berjalan kaki, namanya adalah Gunung Telomoyo. Secara lokasi, gunung ini terbagi menjadi dua, sebagian masuk wilayah Kabupaten Magelang dengan pintu masuk di Dalangan, dan sebagian masuk wilayah Kabupaten Semarang, dengan pintu masuk di Pagergedog.
Dari Kebumen kita berangkat sekitar pukul 06.15 WIB dengan 3 motor, ada Nmax, ADV dan Vario 160. Rencana kita mau sarapan dulu di daerah Kutoarjo. Setelah muter muter di sekitar alun alun, akhirnya kita memutuskan untuk sarapan Soto Tangkar saja, penjual soto gerobag ini mangkal tiap pagi di belakang kawedanan.
Kemudian kita lanjutkan perjalanan ke arah utara melewati daerah Bruno - Kepil - Pulosaren - Kajoran - Kaliangkrik dan tembus Kota Magelang. Kita berhenti di salah satu SPBU untuk menambah isi tanki bahan bakar. Isinya belum habis sih, ya biar dalam kondisi full lagi, jadi lebih tenang untuk nanjak gunung dan balik pulang.
Kemudian kita langsung gas lagi menuju arah Grabag - Ngablak dan tembus pintu masuk Gunung Telomoyo via Dalangan. Parkirannya luas banget dan banyak mobil jeep terparkir yang siap mengantarkan pengunjung sampai puncak. Jadi di gunung telomoyo ini, pengunjung bisa sampai puncak dengan menggunakan motor pribadi, kalau kalian kesini naik mobil bisa sewa jeep atau sewa motor juga ada, untuk harganya aku kurang tahu ya, karena enggak sempet nanya ke petugas. Biaya tiket masuknya 15 ribu rupiah aja per orang, dan loket ini buka 24 jam.
Dari Kebumen kita berangkat sekitar pukul 06.15 WIB dengan 3 motor, ada Nmax, ADV dan Vario 160. Rencana kita mau sarapan dulu di daerah Kutoarjo. Setelah muter muter di sekitar alun alun, akhirnya kita memutuskan untuk sarapan Soto Tangkar saja, penjual soto gerobag ini mangkal tiap pagi di belakang kawedanan.
Kemudian kita lanjutkan perjalanan ke arah utara melewati daerah Bruno - Kepil - Pulosaren - Kajoran - Kaliangkrik dan tembus Kota Magelang. Kita berhenti di salah satu SPBU untuk menambah isi tanki bahan bakar. Isinya belum habis sih, ya biar dalam kondisi full lagi, jadi lebih tenang untuk nanjak gunung dan balik pulang.
Kemudian kita langsung gas lagi menuju arah Grabag - Ngablak dan tembus pintu masuk Gunung Telomoyo via Dalangan. Parkirannya luas banget dan banyak mobil jeep terparkir yang siap mengantarkan pengunjung sampai puncak. Jadi di gunung telomoyo ini, pengunjung bisa sampai puncak dengan menggunakan motor pribadi, kalau kalian kesini naik mobil bisa sewa jeep atau sewa motor juga ada, untuk harganya aku kurang tahu ya, karena enggak sempet nanya ke petugas. Biaya tiket masuknya 15 ribu rupiah aja per orang, dan loket ini buka 24 jam.
Akses jalan menuju ke puncak sudah aspal meskipun di beberapa titik ada lubang dan tambalan. Tidak lebar dan banyak tikungan, tapi masih aman untuk dilalui motor. Di beberapa tikungan viewnya juara banget, kita bisa lihat beberapa gunung dari spot ini, yang paling jelas dan paling dekat sih gunung andong ya, oia kalau kalian cermat, bisa juga melihat hamparan Rawa Pening. Kalau lapar tenang saja di sepanjang jalan menuju puncak ada beberapa cafe dan warung sederhana.
Saat sampai puncak gunung telomoyo malah agak mengecewakan karena viewnya kurang bagus, tertutup warung warung dan tower. Kita cuma parkir bentar di puncak buat istirahat sambil ngopi ngopi, yang kemudian lanjut lagi turun dan berhenti di tikungan yang viewnya juara. Sesampainya di bawah, pas banget adzan dhuhur, sehingga kita putuskan untuk ishoma dulu di Masjid Al Kautsar yang lokasinya di parkiraan utama.
Untuk mengisi perut, kita lanjutkan perjalanan menuju tempat makan bernama Omah Latareombo yang berlokasi di Jalan Magelang - Salatiga, Pakis, Magelang, tidak terlalu jauh dari Telomoyo. Btw dulu aku udah pernah makan di tempat ini saat mau menuju ke Semarang. Tempat parkirnya luas, dan tempat makannya juga luas, makanannya bervariasi, enak dan pemandangannya juara.
Berhubung pas makan siang dan weekend, kondisi rumah makan ini rame banget, kita dapat tempat duduk di lantai dua, di selasarnya, dengan view gazebo gazebo di bawah dan ijonya kebun sayur di sekitar tempat makan ini
Untuk mengisi perut, kita lanjutkan perjalanan menuju tempat makan bernama Omah Latareombo yang berlokasi di Jalan Magelang - Salatiga, Pakis, Magelang, tidak terlalu jauh dari Telomoyo. Btw dulu aku udah pernah makan di tempat ini saat mau menuju ke Semarang. Tempat parkirnya luas, dan tempat makannya juga luas, makanannya bervariasi, enak dan pemandangannya juara.
Berhubung pas makan siang dan weekend, kondisi rumah makan ini rame banget, kita dapat tempat duduk di lantai dua, di selasarnya, dengan view gazebo gazebo di bawah dan ijonya kebun sayur di sekitar tempat makan ini
Selepas perut kenyang kita lanjut lagi ke spot berikutnya yaitu hutan pinus kragilan, lokasinya tidak jauh dari tempat kita makan. Dulu tempat ini sempat viral banget, tapi sekarang sepertinya sudah meredup, meskipun tetap ada aja pengunjungnya. Tiket masuknya 10 ribu rupiah per orang untuk hari biasa dan 12.500 per orang untuk hari libur.
Hal yang membuat tempat ini menarik adalah jalan cor yang membelah hutan pinus ini, komposisinya sangat fotogenik untuk background foto foto. Fasilitasnya juga lumayan lengkap, ada parkiran luas, toilet, tempat makan (warung), penyewaan tikar dan hammock. Kitas disini tidak lama, cuma foto foto bentar lalu lanjut turun ke arah Candimulyo untuk hunting durian.
Hal yang membuat tempat ini menarik adalah jalan cor yang membelah hutan pinus ini, komposisinya sangat fotogenik untuk background foto foto. Fasilitasnya juga lumayan lengkap, ada parkiran luas, toilet, tempat makan (warung), penyewaan tikar dan hammock. Kitas disini tidak lama, cuma foto foto bentar lalu lanjut turun ke arah Candimulyo untuk hunting durian.
Di sepanjang jalan di daerah Candimulyo banyak penjual durian di tepian jalan, ada yang mendirikan warung kecil, juga ada yang jualan di teras rumah. Di sepanjang jalan ini juga bisa kita lihat barisan pohon durian yang tingginya luar biasa, ada mungkin 30 - 50 meter tingginya. Kita berhenti di dua tempat penjual durian, yang pertama kita makan di tempat, rasanya kurang memuaskan, ada yang anyep (tak berasa) ada pula yang manis dengan sedikit rasa asam, enggak ada pait paitnya. Akhirnya kita geser penjual lain untuk beli lagi dan dibawa pulang.